Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......




Sebuah Refleksi Sederhana Sewindu Paroki Yohanes Pemandi Janti

Renungan Sederhana ini ingin menceritakan bagaimana Yesus bergulat dengan rasa sakit dan sengsara yang ia alami di akhir hidup-Nya. Yesus merupakan gambaran pribadi yang taat akan kehendak Bapa-Nya yang mengutusnya. Kematian-Nya di Salib ialah kehendak Bapa-Nya dan Bukan Kehendaknya. Ia melakukan itu semua semata-mata demi Kita, umat yang ingin ditebus-Nya. Karya penebusan ini sekali lagi atas kehendak bapa-Nya, Bukan Kehendak Yesus sendiri. Sisi kemanusiaan Yesus enggan melakukan semua ini. Raja Setan Mencoba menawarkan kebaikan hatinya untuk menolong Yesus memanggul salib, bahkan raja Setan sebenarnya mampu membuat Yesus bebas dari siksa dan sengsara. Bagi Yesus, menerima tawaran Raja Setan sama berarti dengan meninggalkan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya. Menerima tawaran Raja Setan sama artinya dengan tidak setia. Namun, Yesus bersikukuh untuk terus tetap setia mengemban amanat suci ini. Bagi Yesus biarah siksa dan sengsara ini tetap terus ia terima asalkan kita selamat karena penebusannya ini. Jalan salib Yesus ini ialah jalan salib yang penebusan karena Cinta-Nya pada umat-Nya. Siksa dan dera ia terima karena itu semuua ialah LUKA UNTUK SEBUAH CINTA...


Yesus akan sungguh sangat tersiksa jika iman umatnya tidak berkembang. Sebenarnya bukan teknologi atau kenakalan yang menjadikan iman generasi muda itu semakin lama semakin tipis. Tak jarang kita sebagai orang tua menjadi faktor utama penghambat iman anak. Melarang anak ikut aktif dalam kegiatan Gereja seperti misdinar, bina iman, remaka dan mudika. Yesus selalu menyerukan “Kehadiranmu Kunantikan” dalam setiap jengkal batin generasi muda. Kadang generasi muda ingin menjawab namuan orang tua lebih senang anaknay berkembang dalam prestasi di sekolah dan pengembagan bakat. Yesus sungguh akan sangat bahagia apabila Kaum Muda bisa aktiif dalam kegiatan menggereja, ditambah lagi prestasi-prestasi yang diperoleh. Gerak dinamis Kaum Muda menjadi nilai lebih bagi mereka. Dan itulah yang membuat mereka merasa bahwa “Aku Bisa

Namun, sayang gerak dinamis Kaum Muda tidak diikuti dengan perkembangan Iman. Mereka menamai diri mereka MUDIKA, Muda-Mudi Katolik! Namun, kegiatan mereka tidak jauh berbeda dengan Karang Taruna. Mereka meninggalkan nama Katolik dan melupakan iman yang seharusnya dibina di sana. Inilah yang seharusnya menjadi pertanyaan bagi Kaum Muda “Apakah Aku Memang Bisa?” Stop untuk memikirkan kaum muda! Bagai mana dengan generasi tua? Apakah anda sudah lebih baik dari mereka generasi muda? Satu hal yang menjadi penyakit masyarakat, menjadikan pribadi-pribadi yang lemah sebagai “Buah Bibir”!! Kebiasaan kiita untuk ngrasani, menduduh dan memfitnah orang lain membuat kita tidak jauh berbeda dengan orang Farisi yang hendak melempari batu kepada perempuan yag berzinah. Benarkah kita pengikut Yesus? Atau sebenranya kita ini kelompok orang farisi??

Dalam sebuah keluarga yang nampaknya damai dan ceria nampak sebuah suasana tentram. Namun apakah setentram iman setiap anggota keluarga di dalamnya? Sudahkah mereka saling berbagi kasih antara suami dan istri, orang tua dan anak-anak, serta antara kakak dan adik. Tugas orang tua tidak hanya berhenti pada menghidupi ekonomi dan jasmani saja. Sebagai keluerga katolik hendaknya kita juga mengembangkan “Hidup Doa” dalam keluarga. Hidup doa sebagai dasar hidup menggereja sangatlah penting. Karena bagaimanapun orang-orang satu paroki ialah keluarga kita. Paroki yang menjadi keluarga kita ini hendakna bisa jauh lebbih berkembang bila umat yang ada didalamnya benar-benar bisa bergerak dengan bebas tanpa ada satu-dua pibadi yang nampak benar-benar menonjol. Sampai-sampai peran orang-orang tertentu itu serasa menjadi pemilik tunggal paroki ini. Paroki ini milik kita, bukan milik sebagian orang! Kita terlalu mudah digerakkan dan lebih suka bila orang lain menggerakkan kita. Inilah yang akhirnya membuat kita “Kurang Inisiatif”


Kelemahan dan segala tingkah laku kita yang tidak berekenan di mata Yesus merupakan cambuk, siksa dan dera baginya. Kerap kali kita mengatakan bahwa Yesus mati disalib demi menyelamatkan dosa-dosa kita. Namun tetap saja kita jatuh pada dosa dan kelemahan yang sama, tahun lalu, tahun ini, tahun depan!! Harus berapakali Yesus disalib agar kita benar-benar bersih dari segala noda dosa. Jangan sampai Raja Setan berkata kepada Yesus Salah besar kalau engkau mengatakan bahwa penderitaan-Mu ini ialah LUKA UNTUK SEBUAH CINTA! Yang ada hanyalah LUKA UNTUK SEBUAH KESIA-SIAAN.

---------Selamat berefleksi------------



About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...