Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......


Para pemerhati kehidupan calon imam, hari ini Minggu 9 Desember 2012, kami komunitas Seminari Mertoyudan kehilangan salah satu seminaris terbaiknya, Ignatius Destian Kristiadi (Ian). Dia adalah seminaris dari Banyutemumpang, anak ke-4 dari 5 bersaudara (laki-laki, laki-laki, Danu Kristian, Destian Kristiadi, cewek). Kakaknya, Danu Kristian adalah seminaris KPA, calon solisitan Diosesan KAS. Destian adalah seminaris KPP, tepatnya KPP 1 adalah seorang anak yang sangat kalem, senang voley, cerdas di kelasnya, kalau ditanya menjawab dengan Jawa krama alus, sangat tertib, rajin dalam banyak hal. Dan yang tidak akan pernah terlupakan adalah refleksinya yang mendalam akan pengalaman harian di seminari.
Tadi siang, saat kunjungan keluarga, Ian bersama dengan Danu saudaranya dikunjungi ibunya (guru SMP N 2 Mertoyudan) karena memang Minggu kunjungan. Mereka duduk di bawah pohon pinus besar (Ian) dan Ibunya, sementara Danu dekat pohon kelapa, yang terletak di dekat kali depan seminari dekat onggokan pohon bambu kuning. Ketika ada angin, dahan pohon pinus yang sudah lapuk (tampak dari pohonnya yang kering tak berdaun) dengan ukuran yang besar dan panjang tiba-tiba patah dan berayun, lalu jatuh vertikal langsung mengenai kepala Ian (bongkotnya yang memang besar itu). Ian langsung jatuh tersungkur, kepala bolong, tidak ada kata-kata yang keluar. Ibunya langsung menahan bagian yang bolong di kepalanya itu (maaf, ada lendir putih -otak?- bersampur darah yang keluar tanpa henti). Persis di pangkuan ibunya, sementara kakaknya teriak-teriak minta pertolongan, Ian sempat glegeken dua kali. Ibunya sudah berfirasat bahwa anaknya "selesai" lalu buru-buru membisiki ke telinga anaknya di pangkuannya itu dengan doa Bapa Kami. Ibunya sendiri mengatakan kalau saat itu juga Ian "pergi". Ketika dibawa ke RSU Tidar Magelang, di IGD dijahit, tidak lama karena memang sudah dinyatakan "tidak ada", dan langsung dibawa ke Kamar Jenazah. 
Ketika saya, Romo Heru dan Sr. Margarethi datang, sambil termangu-mangu dan panik dengan HP masing-masing untuk mengurus segala sesuatunya, jenazah Ian tinggal menunggu untuk dimandikan. Ketika turut memandikan bersama Ibunya, darah tak henti-hentinya mengalir dari kepalanya yang sudah dijahit. Beberapa teman membawakan baju lengan panjang kotak-kotak biru kesukaannya dan celana panjang serta sepatu lengkap. Tampak di wajahnya yang membiru dan mata sedikit terbuka menandakan kalau kesakitan luar biasa. Kemudian, jenazah dimasukkan peti dan dibawa ke seminari di Kapel Besar yang dipenuhi dengan para orangtua dan seminaris (karena memang Minggu kunjungan). Kami semua berkonselebrasi merayakan Ekaristi Arwah. Dalam kesempatan sebelum tutup peti, teman-temannya di KPP yang sekarang berjumlah 109 (dari 113) berjubel dan menangis tanda duka yang mendalam. Ia dirasa sudah menjadi bagian dari komunitas teman-teman MP yang belum genap satu semester di seminari ini. Lonceng kapel dibunyikan dan jenazah diberangkatkan menuju desa Mranggen-Jalan Sawangan-Blabak.
Saat menulis ini, sambil membuka pintu kamar yang tembus ke barak tidur anak-anak MP (rupanya ada rasa takut pada mereka), tampak di kamar saya ember biru berisi lengkap peralatan mandi, satu tas kertas berisi sepatu, dan satu tas besar berisi pakaian. Itu semua milik Ian. Ada satu lagi barang paling berharga dari semua itu adalah "Buku Refleksi Harian-nya".
Di buku itulah, 
ada kehidupan, 
ada cinta, 
ada keutamaan, 
ada kesetiaan, 
ada ketulusan, 
ada totalitas, 
ada air mata, 
ada ketekunan,
ada kesetiaan,
ada Destian Kristiadi
yang akan dikenang selama-lamanya.

Dengan rasa kehilangan,
Stef, pr


*Rm. Stef adalah Imam Keuskupan Purwokerto. Saat ini Beliau bertugas menjadi Pamong MP di Seminari Mertoyudan.


Sebanyak 15 orang calon wartawan Kompas belajar Bahasa Indonesia di ruang diklat Kompas Senin (26/11). Materi ini diberikan karena Bahasa Indonesia merupakan bekal dasar bagi seorang wartawan Kompas. Tim dari Univerisitas Indonesia ini mendampingi kelimabelas calon wartawan lewat materi dan latihan-latihan.
Materi hari itu diberikan oleh dua pengajar, Maria Sally Pattinasaraney dan Anwari. Sebagai pembicara pertama, Maria memberikan materi tentang fungsi, ragam dan laras bahasa serta sedikit dasar mengenai jenis-jenis tulisan. Sedangkan pada sore harinya, anwari lebih menitik beratkan pada jenis tulisan diskripsi.
Dalam materinya, wanita lulusan ilmu lingustik Jerman di salah satu universitas Jerman, itu mengatakan bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai ekspresi, integrasi dan adaptasi sosial, kontrol sosial serta komunikasi. Ia menambahkan bahwa bahasa memiliki penakanan pada aspek komunikatif. “Hal itu sedikit banyak akan mempengaruhi kepada siapa kita menyampaikan bahasa kita” lanjutnya.
Ragam sendiri menurut Maria ialah variasi bahasa berdasarkan pemakaian bahasa. Ragam dibedakan menjadi dua, ragam berdasarkan situasi pemakaiannya dan ragam berdasarkan media penggunaanya. Menurut situasi pemakaiannya ragam dibedakan lagi menjadi tiga, formal, semiformal dan nonformal. Sedangkan menurut media penggunaannya ragam dibagai menjadi dua, ragam tulis dan ragam lesan. Kedua hal tersebut masih lagi dibagi lagi masing-masing menjadi tiga, berdasarkan aspek formal, semiformal dan nonformalnya.
Dalam materi laras bahasa, maria menjelaskan bahwa laras bahasa lebih banyak membahas mengenai kesesuaian antara bahasa dan mediumnya. Dalam materi ini ia mulai banyak menggunakan contoh-contoh sebagai sarana penyampaian materi.
Dalam materinya yang terakhir hari itu, Maria juga menjelaskan mengenai ragam jurnalistik. “Surat kabar hanya memiliki ragam tulis. Penyampaian berita dilakukan dengan mengandaikan bahwa penulis menjelaskan kepada pembaca. Ragam surat kabar biasanya menggunakan ragam semiformal” jelasnya.
Ia juga memaparkan bahwa berita sendiri merupakan kumpulan dari paragraf dan paragraf merupakan kumpulan dari kalimat. Dari jenisnya, tulisan-tulisan yang ada dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, narasi, deskripsi dan eksposisi. Jenis tulisan tersebut menjadi alat dalam menentukan laras sebuah berita. Lebih lanjut ia menjelaskan  “Laras berita atau biasa disebut laras jurnalistik bisa kita lihat dari tulisan-tulisan yang biasa kita baca di media cetak, ada laras hard news, soft news dan feature.”
Pada sesi sore, kelimabelas calon wartawan tersebut dibimbing oleh Anwari. Dalam materinya tentang jenis tulisan deskirpsi. Anwari menekankan bahwa dalam tulisan deskripsi kata-kata sifat sebisa mungkin diminimalisir. Tak hanya itu ia juga menjelaskan bahwa “80% hidup manusia dipenuhi oleh asumsi. Oleh karena itu deskirpsi yang jelas membantu manusia dalam membayangkan apa yang mungkin sekarang tidak nampak di depannya.”
Away, begitu anwari biasa dipanggil, banyak menjelaskan materinya lewat latihan mendeskripsikan sesama calon wartawan. Latihan yang dilakukan langsung mendapat koreksi sesaat setelah deskripsi dari masing-masing calon wartawan selesai dikerjakan. Suasana perkuliahan yang hangat dan tidak membosankan ini akhirnya berakhir pukul 21.30.

Mungkin benar kata Charil Anwar... Aku adalah Binatang Jalang... tak sekedar manusia jalang..

Tak ubahnya seekor anjing.. aku hanya diberi makan.. lalu ditinggal oleh "majikanku". Bagi majikanku.. memenuhi kebutuhanku itu sudah lebih dari cukup... pagi.. siang.. malam.. cukup diberi makan... butuh apa lagi? mainan? tempat tinggal? oh majikanku yg baik selalu memberiku itu...

Majikanku nampak baik memang... tapi sekali lagi.. aku hanyalah seekor anjing... aku ada dalam kadang... aku dirantai... aku selalu berada di belakang majikanku... mengikuti kemana tarikan rantai itu pergi.. aku tak bisa memilih jalan sendiri...

Majikanku banyak berharap dariku... berharap menjaga rumahnya.. menjaga harta yg ia banggakan... Aku juga anjing yg ia banggakan.. karena aku anjing dari Ras kelas atas.. tak terlalu atas memang... tapi aku bukanlah anjing kampung... tak jarang ia memamerkan anjing kebanggaannya ini kehadapan teman-temannya... memarkan kehebatanku.. untuk kebangganyanya... untuk prestige-nya... bukan prestige-ku... karena itu ia sangat berharap padaku.. si anjing ras...

bahkan untuk urusan biadab kawin mawin pun majikanku yg mengatur... aku dikawinkan pada musim kawin... dikawinkan dengan anjing pilihannya... aku anjing ras.. baginya tak pantas anjing ras tak pantas kawin dengan anjing kampung...

Benar kata Chairil Anwar... Aku adalah kumpulan dari yang terbuang... di rumah majikanku hanya akulah yang tak bersuara... aku hanya bisa menggonggong... dan aku terbuang di sini... selama rantai itu masih melingkar aku selalu ada di belakang majikanku...

Majikanku sangat cinta padaku... ia takut kehilangan aku... oleh karena itu aku selalu dirantai.. dan ditambatkan pada idealismenya... kadang aku berontak... aku hanya bisa kaing-kaing... yg hanya berbalas dengan triakan majikanku "Diam!! Huussyy Diam!! Sit.. Sit!! Duduk!! Masuk Kandang!!"

Anjingkah aku yang tak bisa bersuara?
Anjingkah aku yang selalu ada di belakang rantai?
Anjingkah aku yang berjalan sesuai dengan tarikan majikanku?
Anjingkah aku yang tak diijinkan kawin dengan pilihanku? 

Aku ingin lepas dari rantai itu... aku ingin menunjukan bahwa aku bukanlah Anjing... aku SINGA yang mampu menerkam mimpi, asa, cita dan cintaku... aku mampu meraung... Aku tak pantas tinggal di kandang... Aku adalah Raja Hutan, penguasa Rimba... yang bebas memilih hewan mana yang akan aku hamili... yang bebas menerkam apa saja kapan saja... aku ingin berlarian di hutan.. di depan komplotan singa hutan lainnya...


Tolong tuan... lepaskan rantai itu dari tambatan Idealismemu yg mengikat leherku... jangan biarkan aku mati sebagai anjing ras yang selalu ada di bawah selangkanganmu... ucapku dalam kaing-kaing kebisuan



Salam, Doa, dan Cinta

dari Anjing yang Malang

Published too on Kompasiana 
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/10/23/anjingkah-aku/503025/



Bulan Agustus tahun ini bukan seperti bulan Agustus biasanya. Ada banyak hal yang membuat Agustus kali ini istimewa. Di pertengahan Agustus 2012 seluruh bangsa Indonesia  akan merayakan Hari Kemerdekaannya (17 Agustus), Umat Islam juga akan merayakan Idul Fitri (19 Agustus) dan Umat Katolik akan merayakan Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga (15 Agustus). Selain itu, pada bulan ini akan muncul Fenomena Blue Moon dimana Purnama akan terjadi 2 kali dalam bulan ini (2 dan 31 Agustus), seperti kita ketahui Purnama memiliki makna yang dalam bagi Umat Hindu. Tulisan ini akan lebih menyoroti Fenomena Kemerdekaan Indonesia, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Maria Diangkat ke Surga dirayakan hampir bersamaan. Inilah yang saya katakan sebagai Kacamata 4 Dimensi. Bulan Agustus tahun ini akan kita lihat dalam dimensi Indonesia, Islam, Katolik dan Hindu.

Dimensi Islam
Idul Fitri biasa disebut sebagai hari kemenangan. Setelah 1 bulan lamanya berpuasa dan melawan segala bentuk godaan akhirnya umat Islam merayakannya dengan penuh syukur dan dengan hati yang baru. Berpuasa selama bulan ramadhan dipercaya sebagai bentuk pembersihan diri, meninggalkan sifat buruk di masa sebelumnya dan menjadi pribadi yang baru di hari yang fitri. Ditandai dengan saling memaafkan dan silahturahmi dengan sanak saudara dan handaitaulan manusia Islami merayakan pemulihan Derajat sebagai ciptaan Allah yang bersih lahir batin. Saling memaafkna merupakan fenomena jelas bagaimana derajat itu dikembalikan. Perseteruan, perselisihan dan gesekan-gesekan yang terjadi membuat hubungan antar pribadi saling menjatuhkan. Lewat saling memaafkan itulah derajat mereka dikembalikan dari musuh menjadi saudara. Idul Fitri merupakan pristiwa dimana derajat manusia benar-benar diangkat dipulihkan baik dihadapan Allah maupun sesama. Rasa syukur itu yang dirayakan dengan penuh sukacita dan rasa kemenangan setelah sebulan penuh membersihkan diri menjadi pribadi baru.

Dimensi Katolik
Bunda Maria merupakan tokoh penting dalam ajaran Katolik. Dia tidak termasuk pribadi dalam Tiritunggal. Namun, Maria punya peran besar dalam sejarah keselamatan Umat Katolik. Bagaimana tidak, lewat rahimnyalah terlahir pribadi Yesus yang dipercaya oleh umat Katolik sebagai satu-satunya penyelamat. Gereja Katolik Roma menghormati pribadi Maria sebagai satu-satunya manusia yang diangkat ke surga beserta jiwa dan raganya. Pristiwa ini diperingati setiap tanggal 15 Agustus. Lewat kesucian, kerendahan hati, kesetiaan, ketabahaan dan ketaatanya derajat Maria sebagai manusia ditinggikan oleh Allah. Umat Katolik yang menganggap diri sebagai anak-anak Maria merayakan pristiwa ini dengan penuh syukur memiliki seorang ibu yang menjadi teladan dalam beriman. Besar harapannya iman yang dimiliki oleh Maria bisa dihidupi juga oleh umat Katolik agar derajat kemanusiaanya juga ditinggikan oleh Allah saat manusia berada di alam surga.

Dimensi Hindu 
Pada hari Purnama umat Hindu biasanya melakukan pembersihan lahir batin. Karena itu, disamping bersembahyang mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon anugrah-Nya. Kondisi bersih secara lahir dan batin ini sangat penting karena dalam jiwa yang bersih akan muncul pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersih pula. Kebersihan juga sangat penting dalam mewujudkan kebahagiaan, terutama dalam hubungan dengan pemujaan kepada Hyang Widhi. Membersihkan diri yang dilakukan oleh umat Hindu sejatinya juga merupakan usaha untuk menjadi pribadi yang baru. Lahir batin yang bersih membuat derajat Umat Hindu kembali dipulihkan dari segala cacat cela dan kelemahan-kelamahn dirinya pada hari-hari yang lalu.

Dimensi Indonesia.
Tahun ini Bangsa Indoensia merayakan hari jadinya yang ke 67. Lepas dari  anggapan bangsa kita sudah merdeka sepenuhnya atau belum. Peringatan HUT ke 67 Bangsa Indonesia ini merupakan perayaan pengangkatan martabat manusia Indonesia dari suatu kumpulan manusia yang tinggal di wilayah Hindia Belanda menjadi Manusia Indonesia seutuhnya. Promulgasi kemerdekaan Indonesia 67 tahun yang lalu menjadi tanda munculnya sistem masyarakat baru di Asia Tenggara. Ir. Soekarno dalam pidatonya pernah mengatakan bahwa semangat berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan karena adanya perbedaan suku bangsa, ras, agama atau antar golongan. Indonesia ini terbentuk karena semangat dan rasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang terjajah. Persatuan Indonesia yang muncul karena semangat atas dasar rasa senasib sepenanggungan ini nampaknya kalah gaungnya dengan semangat persatuan Indonesia karena perbedaan suku bangsa. Hasilnya perbedaan terus yang terdengar gaungnya dan akhirnya yang terjadi ialah salah presepsi. Presepsi yang salah akhirnya justru menimbulkan fanatisme-fanatisme tertentu yang memicu semakin nyata perbedaan dan semakin renggangnya jurang pemisah. Kita tak dapat menyalahkan orang yang beranggapan bahwa sampai saat ini negara kita belum merdeka, karena masih terjajah oleh sistem kapitalisme yang terus menindas. Tapi ingat sadar bahwa kita belum meredeka sepenuhnya saja tidak cukup. Mari di hari jadi ke 67 Negara Kesatuan Republik Indonesia ini kembali kita seruakan semangat Bung Karno, yang ingin menyatukan Indonesia lewat semangat dan rasa senasib sepenanggungan. Semangat yang menaikkan derajat manusia Indonesia.

KACAMATA 4 DIMENSI
Sejatinya masih banyak dimensi-dimensi lain yang bisa kita temukan. Saya berharap Anda berkena pula menambahkan dimensi-dimensi lain tersebut. Akhirkata syukur atas bulan Agustus yang penuh warna. Saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk tidak sekedar mencari perbedaan-perbedaan dari segala sesuatu yang memang berbeda. “Jangan membeda-bedakan hal yang sama.... dan jangan berusaha utnuk menyamakan hal yang memang berbeda.” Mari kita hargai perbedaan yang ada dan kita jaga kesatuan kita. Tidak dalam semua hal kita harus sama. Tidak dalam segala hal kita berbeda.

Salam, Doa dan Cinta dari saya


Kalau kita membaca kisah penyaliban Yesus, tokoh Barabas pasti akan akan Anda temukan di sana. Saat Pilatus menawarkan kepada orang Yahudi untuk membebaskan Yesus atau Barabas, orang Yahudi berteriak “Bebaskan Barabas!! Bebaskan Barabas!!”

Histeria yang serupa terjadi saat ratusan ‘Sahabat Peterpan’ menanti bebasnya Ariel Peterpan. Hebatnya tidak hanya para penggemar dari Jakarta dan Bandung yang menanti kebebasan idola mereka. Ada beberapa fans yang ternyata berasal dari luar pulau Jawa, ada pula yang rela menjual sepeda motornya untuk biaya pergi ke Bandung guna menjadi saksi bebasnya mantan kekasih Luna Maya. Seluruh Media Massa berlomba-lomba melaporkan peristiwa ini.
Fenomena apa ini sebenarnya? Ariel Peterpan jelas-jelas sudah dinyatakan sebagai seorang tersangka. Ia harusnya menjalani masa tahanan 3 tahun lebih. Namun, karena sikapnya  dan kebaikan hati kejaksaan yang terkait, ia mendapatkan kebebasan bersyarat. Terhitung mulai hari ini Ariel menghirup udara bebas, kendati tetap dikenakan wajib lapor sampai tahun 2013. Status Ariel yang pernah menyandang sebagai seorang TERSANGKA, setidaknya sudah membuktikan bahwa ia BERSALAH. Kini, orang yang salah tersebut bebas dari penjara dan dielu-elukan dan menyita perhatian publik Indonesia. Ungkapan sukacita Sahabat Peterpan menyambut bebasnya Ariel semoga bukan sebagai bentuk sukacita atas tindakan Ariel selama ini. Sukacita ini semoga karena idola mereka sudah bisa kembali berkarya lagi. Namun apakah benar seorang yang sedemikian pantas untuk diidolakan sedemikian hebat? Bagaimanapun juga bebasnya Ariel bukan berarti Ariel tidak bersalah.
Fenomena bebasnya Ariel dengan histeria fans dan pemberitaan besar-besaran sejatinya merupakan kengerian. Bagaimana bila keluarga Anda tersandung masalah asusila, dan jelas secara nyata terbukti bersalah, apakah anda juga akan bersuka ria? Saya tidak habis pikir, bila seorang remaja yang menjadi idola di sekolahnya tersandung masalah asusila dan ia dengan santai berkata kepada keluarga dan teman-temannya “Santai, nantinya teman-teman akan tetap menerima dan mengelu-elukan aku”
Sebagai masyarakat yang cerdas, hendaknya kita prihatin atas fenomena bebasnya Ariel ini. Kebebasan Ariel ini tidak perlu dibesar-besarkan. Popularitas Ariel yang luar biasa memang memainkan peran dalam peristiwa ini.  Semoga popularitas Ariel yang kini telah bebas, kelak membawa dampak yang baik bagi masyarakat Indonesia. Selamat Ariel… kamu beruntung!

Re Post KOMPASIANA >> http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/23/bebaskan-ariel-bebaskan-barabas/#4224346



Malam Pembukaan Cross Culture
Taman Surya tampak lebih semarak pada weekend lalu (7-8/7). Ajang tahunan ini berhasil membuat pekan terakhir libur sekolah menjadi lebih meriah. Kemeriahan ini merupakan bagian dari rangkaian Cross Culture Festival 2012. Cross Culture festival tahun ini sendiri merupakan peringatan 15 tahun hubungan 'Sister City' antara Surabaya dengan Kochi (Jepang). Rangkaian acara yang berlangsung dari 7-11 Juli ini dibuka dengan pemukulan bedug oleh Walikota Surabaya, Ibu Risma didampingi Konjen Jepang dan beberapa perwakilan negara yang turut serta. Pada Upacara pembukaan ini seluruh hadirin yang hadir disuguhi beraneka ragam tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Tarian-tarian Krido Nganyut, Piring Bajambah, Mban Edreg dibawakan dengan indah oleh para pengisi acara yang didominasi oleh pelajar Indonesia. Tidak ingin kalah dengan teman-teman pelajar dari Indonesia, bebeapa pelajar asing yang tergabung dalam BSBI pun turut menyumbangkan 3 tarian Aronda, Kapasar, Ning Ben Kacong. Suasana semakin hangat saat di tengah-tengah acara, rombongan Seiya, Okazaki, Walikota Kochi turut hadir dan langsung mengambil tempat dekat dengan Ibu Risma, Walikota Surabaya. Di akhir acara Walikota Surabaya dan Walikota Kochi berkenan berfoto bersama seluruh pengisi acara. 
Festival Remo dan Yosakai
Esok paginya (8/7) Taman Surya menjadi jauh lebih ramai dari pada semalam. Bila pada malam sebelumnya didominasi oleh tokoh-tokoh dan pejabat, pagi itu balaikota mendadak menjadi sebuah tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh warga Surabaya. Nampaknya antusiasme warga ini untuk menyaksikan Festival Remo dan Yosakai. Festival yang diikuti oleh 38 peserta ini diawali dengan sambutan oleh Walikota Kochi,  Seiya, Okazaki yang mengutarakan kegembiraannya atas diadakannya Festival Tarian tradisional Kochi. Hanya bedanya di Kochi, Jepang, Tarian ini biasanya dibawakan pada malam hari, karena Yosakai sendiri berarti 'datanglah pada malam hari.' Setelah memberikan sambutan, Seiya Okazaki dengan didampingi oleh Walikota Surabaya, Ketua Yayasan Hubungan Sister City, Wakil ketua DPR Jepang dan Konjen Jepang berkenan membuka Festival ini dengan mengajak para peserta membunyikan naruko (properti tari yosakai). Festival ini sendiri dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama berisi sepuluh kelompok yang berisi anak-anak. Sedangkan pada kategori kedua yang merupakan kategori dewasa, oleh pelajar SMP, SMA, Mahasiswa bahkan kelompok ibu-ibu rumah tangga.
Setiap penari membawa dua Naruko untuk dimainakan dalam tari Yosakai.
Tarian Yosakai dimainkan banyak orang secara serempak.
Malam Penutupan
Seluruh Rangkaian Festival Cross Culutre akhirnya berakhir Rabu malam (11/7) masih dari Taman Surya, halaman Balai Kota Surabaya. Malam penutupan ini dihadiri lebih banyak tamu undangan yang hadir dari perwakilan negara sahabat yang kebetulan sepekan ini mengikuti pertemuan Citynet (Paguyuban kota kabubaten se-Asia Tenggara) di Surabaya. Malam penutupan Cross Culture 2012 diawali dengan jamuan santap malam bersama yang dikemas dalam tema Pesta Kebun di sekitar air mancur Taman Surya. Jamuan Makan malam menjadi lebih hangat dan akrab saat Bu Risma, Walikota Surabaya berjoget bersama diiringi alunan musik Poco-Poco. Penutup Cross Culture sendiri baru dimulai sesaat setelah jamuan makan Malam. Berbeda dengan malam pembukaan, Malam Penutupan kali ini banyak diisi oleh penampilan dari perwakilan negara yang turut serta dalam Festival tahunan ini. Diawali dengan dua lagu dari biduanita dari China yang membawakan dua lagu, malam penutupan ini menjadi lebih semarak. Selain membawa seorang penyanyi, kontingen dari China juga menyuguhkan permainan alat musik tiup Flute, dan seni beladiri Wushu. Tak mau kalah dari China, Kontingen dari Korea menyuguhkan tarian yang sangat indah. Kendati tarian yang ditampilkan durasinya cukup panjang, seluruh hadirin mampu dibuat terkesima dengan keluesan dan keindahan tarian yang disuguhkan. Di ujung acara, kontingen Indonesia benar-benar berhasil menutup seluruh rangkaian Festival ini dengan apik. Kontingen Indonesia menyuguhkan bermacam tarian yang dirangkai jadi satu kesatuan. Diawali dengan puluhanpelajar Sekolah Dasar yang menyuguhkan tarian Remo dan diakhiri dengan kesenian Reog Ponorogo yang dikolaborasikan dengan tarian modern  kemeriahan Cross Cultire Festifal benar-benar sampai pada puncaknya. Seseat kemudian Bu Risma berkenan naik ke atas pangung utama dan menutup seluruh rangkaian Cross Culture tahun ini. Bersama dengan seluruh pengisi acara, Walikota Surabaya mendendangkan lagu 'Surabaya oh Surabaya'.

Pangung Utama yang sangat Megah






CURICULUM VITAE
Nama                              : Andreas Benoe Angger Putranto
Tempat & tgl. lahir           : Surabaya, 25 Juli 1988
Pendidikan Akhir             : S1 Sastra, STFT Widya Sasana Malang
Alamat                         : Perum. Kosagraha,  Jl. Medayu Selatan XI/J-36, Surabaya
HP, e-mail                       : 083170125487, gendon_merto@yahoo.com
Status Perkawinan        : Belum Menikah














Riwayat Pendidikan Formal 
*2008 – 2012  : Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang IPK 3.01
*2004 – 2007  : SMA Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang
*2000 – 2003  : SMP Katolik St. Carolus Surabaya
*1994 – 2000  : SD Katolik St. Carolus Surabaya

Non Formal
  • Kelas Persiapan Pertama Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang (2003-2004).
  • Tahun Orientasi Rohani Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII, Malang (2007-2008).


Sertifikat dan Piagam Penghargaan 
  • Workshop Jurnalistik Dasar bersama KOMPAS, Magelang, 15-18 Desember 2004.
  •  Surat tanda Tamat Tahun Rohani
  • Pemateri Retret dan motivasi belajar siswa-siswi kelas VI SDK Bernardus Madiun tahun ajaran 2011-2012, Pacet-Mojokerto 9-10 November 2012.
  • Panitia Musyawarah Pastoral Keuskupan Surabaya “Merayakan Iman dengan membangun Persekutuan” Sasan Krida Jatijejer, trawas-Mojokerto 26-28 November 2009.
  • Pemateri Lincak Sastra, Apresiasi Seni dan Talk Show dengan tema “Apa Adanya; Ada Apanya?” di Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII, Malang, Februari 2012.
  • Peserta Temu Unio Frater-frater Projo 2009 dengan tema “Metode Pastoral yang Mengembangkan Inkulturasi” Jogjakarta, 21-27 Juli 2009
  • Seminari Nasional Hari Studi XXXV STFT Widya Sasana “iman dan Pewartaan di Era Multimedia” Malang, 24 Oktober 2010.
  • Malam Pujangga 2012 “Keragaman Etnik Nusantara dalam Seni, Sastra, dan Budaya Indonesia” Universitas Negeri Malang, 3 Mei 2012.

Keahlian Komputer dan Internet
  •  MS Office (MS Word, MS Excel, MS Publisher, MS PowerPoint)
  • Corel Draw
  •  Photoshop Photo Editing
  • Ulead Video Editing
  • Admin akun Twitter Komunitas Pelajar Katolik SMA/SMK Negeri dan SMA/SMK Swasta non Katolik se-Malang Raya @paspelmalang.
  • Blog: www.omangger.blogspot.com


RIWAYAT ORGANISASI :

2003 – 2007: Seminari Menengah Mertoyudan.
  • Dewan Pendiri dan Redaksi Koran Sekolah JENDELA (2004-2007).
  • Percusionist PECANNISSO (Petrus Canisius Shymphony Orchestra, 2004-2007)
  • Konser dan Tour PECANNISSO, SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia), November 2005
  • Konser dan Tour PECANNISSO Gereja Katedral Bogor, November 2005
  • Konser dan Tour PECANNISSO Gereja Gedangan, 2006
  • HUMAS OSIS SMA Seminari Menengah Mertoyudan
  • Koordinator Bakat Minat OSIS SMA Seminari Menengah Mertoyudan


2008 – 2012  : Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII.
  • Seksi acara dan MC Lincak Sastra 2008, apresiasi dan diskusi Seni “Tubuh dan Keindahan”, Desember 2008
  • Ketua Panitia Lincak Sastra 2010, apresiasi dan diskusi Seni “Melukis” , November 2010.
  • Ketua Panitia Lincak Sastra 2011, apresiasi dan diskusi seni “Bernyanyi”, Mei 2011
  • Ketua Panitia Lincak Sastra 2011, apresiasi dan diskusi seni “Aku Bawa Punyaku”, Oktober 2011.
  • Moderator dan pemateri Lincak Sastra 2012, apresiasi dan diskusi Seni “Apa Adanya; Ada Apanya?”, Februari 2012
  • Ketua Panitia Ulang Tahun ke 33 Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII, Malang November 2010.
  • Ketua Panita Pertemuan Rutin Tahunan Paguyuban Frater Keuskupan Surabaya, Juni 2011


2008-2012: Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang
  • Divisi Kesenian BEM STFT Widya Sasana 2010-2011
  • Sie. Acara Penerimaan Mahasiswa Baru 2011-2012
  • Ketua Panita Malam Puncak Dies Natalis 39 STFT Widya Sasana
  • Pengurus BIDIK (Diskusi Ilmiah dan Forum Kajian Sosial) STFT Widya Sasana (2010-2011)
  • Pembawa Acara (MC) Dies Natalis 37 STFT Widya Sasana, Maret 2009
  • Pembawa Acara (MC) Dies Natalis 38 STFT Widya Sasana,Maret 2010
  • Pembawa Acara (MC) Dies Natalis 39 STFT Widya Sasana,Maret 2011
  • Pembawa Acara (MC) Reuni Akbar Dies Natalis 40 STFT Widya Sasana,November 2011


Karya Publikasi
  • Karya Tulis “Membuat Film Itu Asyik” SMA Seminari Mertoyudan, 2006
  • Seri Me and My Parents “Papa Galak Fans Club” Kanisius, 2007
  • Permainan LOGICO seri Pekan Suci, Kanisius, 2008.
  • Juara II Lomba Menulis Naskah Drama Radio “Uang Demi Keluarga Sahabatku” STFT Widya Sasana, 2009
  • Kontributor dan Layouter Buletin “Aggiornamento” Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII (2008-2011)
  • Penulis Naskah dan Sutradara “Luka Untuk Sebuah Cinta”, Teater Mudika Janti, April 2010
  • Sutradara “Penjual Salib” Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni XXIII, April 2012
  • Film Indie “Bulan Masih Tersenyum” Seminari Mertoyudan, 2005.
  • Film Indie “Lonely” STFT Widya Sasana, 2010
  • Film Indie “Selesaikan Foto Ini” STFT Widya Sasana, 2010
  • Arransemen lagu “Salam Damai” Seminari Tinggi Interdiocessan Beato Giovanni, 2010
  • Music Director “Malang-bro” GOWES, Februari, 2012.
  • Skripsi “Diam! Tenanglah!” Analisis Teks, Tafsiran dan Refleksi Teologis Mrk 4:35-41, STFT Widya Sasana, 2012.
Dapatkan Format PDFnya hanya di CV Angger Putranto




Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa saya mau mundur... mungkin banyak juga yang tidak tahu saya mundur.... bahkan mungkin banyak yang sok tahu alasan saya mundur... tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada para sahabat sekalian. Juga sebagai bentuk pertangung jawaban atas dukungan yang telah Anda berikan selama ini.
Saya ga tau dari mana datangnya kumpulan orang yang sok tahu tentanng sebab-sebab saya keluar... ada yg bilang karena dihukum, karena nakal terus dikeluarkan, karena masalah cewe, karena masalah keluarga, dan karena-karena yang lain...


Para sahabat yang terkasih, 9 tahun saya hidup sebagai seorang seminaris (calon Imam). 4 tahun di Mertoyudan Magelang, 1 tahun di Tahum Rohani Celaket, dan 4 tahun terakhir di Seminari Tinggi Malang. Sayangnya semakin lama, panggilan yang saya hidupi ini tidak semakin mantab saya hidupi. Beberapa kali saya kepikiran untuk hidup sebagai seorang awam. Pikiran itu terus mengusik saya. Pikirian itu jelas menganggu ritme hidup saya di seminari. Saya pernah bertanya kepada 2 orang Imam yang cukup dekat dengan saya, Rm. Nano, Sj dan Rm. Koko, Pr. Saya bertanya “kapan romo benar-benar yakin dengan panggilan ini dan sama sekali tidak pernah kepikiran lagi untuk keluar?” mereka menjawab dengan kisah masing-masing dan dengan keterangan waktu yang jelas. Kemudian saya bertanya pada diri saya “Ngger kapan kamu mantab dan ga kepikiran keluar lagi?” tapi saya tidak menemukan jawaban itu.
Januari 2011


Dari dulu, penilaian banyak orang tentang panggilan ialah “Kalo kamu bahagia hidup di seminari, berarti kamu terpanggil!” Jujur, saya bahagia hidup di seminari. Sayangnya saya bahagia bukan karena saya akan jadi pelayan Gereja. Saya bahagia karena banyak orang yang mendukung dan memperhatikan saya. Saya bahagia karena kehadiran saya punya peran dan makna bagi orang lain. Akhirnya muncuk pertanyaan besar dalam hidup panggilan saya. “Ngger benarkah kamu bahagia saat kamu nanti jadi imam? Atau kamu cuma bahagia karena alasan-alasan dangkal tadi? Benarkah kamu bahagia saat harus hidup sendiri? Benarkah kamu bahgia bila kamu harus melayani umat di pedalaman desa sana? Benarkah kamu bahagia bila suatu saat kamu menghadapi konflik dengan umat yang kamu layani? Bagaimana kalo saat jadi imam ternyata kamu justru tidak ada yang memperhatikan, menghargai, dan mendukung kamu, apakah kamu juga bahagia? Ngger... kamu bener-bener bahagia menjadi seorang Romo, Pastur, Imam, gembala, Pelayan Gereja dan Umat Allah?” pertanyaan ini saya gumuli sepanjang 1,5 tahun terakhir. Dan akhirnya membawa saya pada jawaban.
1.      
Kebahagian yang selama ini ada dalam diri saya adalah Kebahagiaan Semu. Saya belum sampai pada taraf benar-benar ingin melayani Tuhan dengan sepenuh hati sebagai seorang gembala.
2.       Kurang lebih 2 tahun lagi saya ditahbiskan. Saya bisa terus di seminari, menahan sampai 2 tahun dan lalu saya ditahbiskan. Tapi... itu semua tidak menjamin saya menjadi mantab. Saya justru berpikir, bisa-bisa keraguan saya membuat saya mundur dari Imamat saya. Saya sangat menghargai Imamat, saya menaruh hormat yang sangat tinggi pada imamat. Karena itu saya memutuskan mundur saat ini. Saya tidak ingin lebih melukai Gereja, Umat dan Imamat. Saya pesan bagi mereka yang masih sedang dan akan menjalani imamat “Iki Imamat tjah... iki dudu Dolanan”

3.       Dalam doa, refleksi, permenungan dan dalam ekaristi yang saya sambut setiap pagi, saya selalu memohon agar Roh Kudus menuntun batin saya. Saya memohon kepada Allah sang empunya kehidupan untuk menunjukan arah hidup saya. Saya juga memohon kepada Yesus untuk senantiasa menemaniku dalam setiap langkah hidupku. Dan kepada Maria Bunda Gereja aku serahkan semua permohonan, suka duka, dan keluh kesahku. Hingga akhirnya Jumat dalam Oktaf Paskah, Saya bertemu dengan Uskup Surabaya Mgr. V. Sutikno, Pr untuk mengutarakan pergulatan panggilan saya. Saya melihat kekecewaan dari bapa Uskup... seseaat setelah saya memutuskan untuk mundur... Beliau terdiam, tertunduk, lesu, tanpa suara, hanya garukan kepala... saya tak berani angkat bicara... terdiam 5 menit hingga akhirnya beliau menghela nafas panjang... dan berkata “yo wes mas.... kalau itu sudah keputusanmu” Beliau nampaknya berat dengan keputusan saya. Sebelum saya mengungkapkan niatan saya untuk mundur beliau masih menahan saya, meneguhkan panggilan saya, meyakinkan saya untuk tetap setia dalam panggilan ini. Kebaikan bapa Uskup saya rasakan sampai saat ini, menyekolahkan saya, menghidupi saya, mendoakan saya dan yang tidak saya duga ialah Bapa Uskup mengijinkan saya menyelesaikan pendidikan saya sampai tuntas baru kemudian mundur untuk pamit dari panggilan ini. Trima Kasih bapa Uskup.


Para sahabat yang terkasih, ijinkan dengan segala rendah hati saya Andreas Benoe Angger Putranto mengucapkan:

Maaf, apabila keputusan ini menyakiti Anda sekalian, maaf juga bila dalam pelayanan saya selama ini kurang begitu berkenan, maaf bila selama ini yang nampak adalah Angger sebagai pribadi, bukan Angger sebagai seorang calon imam. Saya juga minta maaf, kepada Anda sekalian yang telah mendukung dan mendoakan saya selama ini, maaf karena saya tidak mampu lagi seperti apa yang Anda inginkan. Maaf bila saya dulu menjanjikan akan mengundang Anda untuk datang pada tahbisan saya :)

Trimakasih, atas dukungan dan doa Anda selama ini, trima kasih atas pengertian Anda atas keputusan yang saya ambil, trimakasih karena anda tidak percaya pada gosip-gosip murahan yang menyebarkan alasan saya keluar, terima kasih atas kepercayaan Anda sekalian untuk memberi saya kesempatan melayani dalam berbagai kesempatan, trimakasih atas persahabatan, perjumpaan dan kenangan yang sempat terjalin. Anda adalah Berkat dari Allah bagi hidup saya.

Mohon doa dan Dukungan, atas segala keputusan yang telah saya ambil. Mohon doa dan dukungan untuk hidup saya selanjutnya, mohon doa dan dukungan untuk kesehatan dan kesejahteraan sahabat-sahabat saya yang sampai saat ini masih berjuang dalam menanggapi panggilan Tuhan. Mohon doa dan dukungan Anda untuk keluarga saya yang mungkin akan kena dampak dari keputusan ini, semoga mereka dan saya tetap setia dalam karya pelayanan Gereja.

Sekali lagi : “Maaf, Terima Kasih dan Mohon Doa serta dukungan” dukungan nyata Anda adalah dengan mendoakan “Doa Calon Imam PS 183” sesaat setelah membaca ini :)
Besar harapan saya setelah ini tidak ada lagi yang sibuk mencari gosip atau alasan tentang saya keluar... sibuklah mencarikan pekerjaan untuk saya... Hehehe....

Pesan saya untuk kita semua.... Capek itu Biasa... kerja buat Tuhan itu Luar Biasa..... dan “jangan pernah berkata sulit, karena Anda akan kesulitan... jangan pernah berkata gampang, karena anda akan meremehkan.... tapi katakanlah BISA maka Anda akan meraih Sukses... karena SUKSES itu hak Anda” dan bagi para calon Imam... Seriuslah mengolah panggilan, mintalah pada Allah sang empunya panggilan agar Anda sekalian dimampukan untuk jabatan Imamat “Iki Imamat!! Dudu dolanan”

akhirnya dengan penuh syukur saya katakan Saya Bahagia Dengan Keputusan Saya

Salam, Doa dan Cinta
Angger Putranto

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...