Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......

yyyeeaaaaaaaahhhhhhhhhh....
akhirnya hari yang kutunggu tunggu tiba...UAS hari terakhir KSPL...ga rugi tidur jam 12 malem dan bangun lagi jam 3 pagi untuk belajar Kitab Suci Perjanjian Lama... I Can Do the Best in My las Excamination...

dan sekarang aku dah Di Sby...My lovely City...on my beloved home... with my sweet Family...

tapi sabar dulu ada natal tahun baru yang menugg di depan..dan aku diminta membatu untuk berasistensi..inilah asisitensi pertamaku...May God give His Bleeses on me...



ULFAKU SAYANG ULFAKU MALANG
And. Benoe Angger P.


Salah satu karya yang terkenal dari tetralogi Pramodya Ananta Toer ialah naskah Bumi Manusia. Karya yang ditulis tahun 1980 itu sekarang nyata hadir dalam kehidupan kita. Hal itu nampak dari pristiwa yang akhir-akhir ini menjadi pergunjingan berbagai pihak. Pernikahan seorang syekh kaya raya dari Semarang dengan seorang gadis remaja berumur 12 tahun merupakan penggenapan karya Pramodya.
Cerita yang terjadi dalam Bumi Manusia berawal dari Sakinem, gadis berumur 14 tahun, dinikahi oleh seorang Belanda kaya raya. Gadis yang baru 2 tahun terkahir akhil (pada umur 12 tahun) balik itu merupakan gadis desa dari keluarga yang perekonomiannya terbatas. Pernikahan Sakinem dengan tuan Mallema di usia yang sangat muda membuat ia harus rela meninggalakan keluarga dan teman-teman di kampungnya. Pernikahan itu merubah bingkai kehidupannya dari rumah gubuk menjadi istana yang mewah. Dari pernikahan itu ayahnya yang seorang juru tulis dijanjikan diangkat menjadi seorang kassier (juru keuangan perkebunan) dan mendapat uang tunai sebesar 25 Golden. Di ceritakan juga bahwa sebenarnya tuan Mallema telah mempunyai istri yang sah di negeri asalnya, Belanda. Seturut perkembangan keluarga tuan Mallema-Sakinem, Sakinem yang menjadi seorang Nyai tersebut mampu memimpin perusahaan, perkebunan dan perternakan milik Tuan Mallema.
Sedangkan yang terjadi di Semarang berawal dari Ulfa gadis berumur 12 tahun, dinikahi oleh seorang Syekh kaya raya. Gadis yang baru 2 tahun terkahir akhil balik (pada umur 10 tahun) itu merupakan gadis desa dari keluarga yang perekonomiannya terbatas. Pernikahan Ulfa dengan Syekh Puji di usia yang sangat muda membuat ia harus rela meninggalakan keluarga dan teman-teman di kampungnya. Pernikahan itu merubah bingkai kehidupannya dari rumah gubuk menjadi istana yang mewah. Dari pernikahan itu Ulfa yang baru tamat SD dijanjikan diangkat menjadi seorang General Manager. Di ceritakan juga bahwa sebenarnya Syekh Puji telah mempunyai istri yang sah di Semarang.
Dalam Jawa Pos Selasa (28/10) dikisahkan bahwa Ulfa sempat menangis saat ia berpamitan dengan guru di sekolahnya. Apakah sakinem juga menangis? Ya dalam bukunya Bumi Manusia, Pramodya menggambarkan sebuah pristiwa haru lewat tangisan sakinem dan Ibunya. Apa sebanrnya yang tersembunyi dibalik tangisan Ulfa? Kesediahan karena akan berpisah dengan guru dan teman-teman di sekolah atau kehilangan sesuatu yang lebih dalam lagi, masa remajanya? Mungkin kita perlu belajar dari buah mangga. Mangga yang masih muda kerap kali sudah dipetik. Ya, sebagian orang suka akan mangga muda. Namun, bagaimana dengan mangga yang sudah matang, pastinya yang manis rasanya? Pasti lebih banyak yang menggemarinya. Bukan maksud saya untuk menyamakan Ulfa dengan buah mangga. Namun sungguh alangkah lebih baik bila buah mangga tersebut dibiarkan dulu hidup bersama pohonnya sampai dia matang. Atau mungkin bila sudah terlanjur dipetik atau bahkan bila takut dipetik orang lain kita bisa menyimpannya sampai matang. Orang jawa memiliki istilah ‘diembu’, yaitu menyimpan mangga muda tersebut dalam timbunan beras. Mengapa beras? Beras memberikan sebuah kehangatan yang khas. Lagi pula beras merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan.
Sebagai lelaki normal, secara jujur saya mengakui bahwa Ulfa merupakan gadis cantik yang menampakkan daya tarik tersendiri. Memang layaklah bila Syekh Puji juga tertarik dengan Ulfa. Namun, kita perlu mengetahui motif apa di balik ketertarikkannya? Bisa jadi yang motif Syekh Puji ialah membuat Ulfa sebagai pengusaha wanita termuda di Indonesia. Kemingkinan kedua ialah syekh Puji benar-benar jatuh hati pada Ulfa. Namun, bila benar-benar cinta yang ada di balik itu semua, kiranya Syekh Puji tak ingin melihat gadis pujuaan, yang lebih pantas menjadi anaknya itu, kehilangan masa remajanya. Baik bila Syekh Puji membiarkan Ulfa mendapatkan masa remaja dan cinta yang utuh dari kedua orang tuanya terlebih dahulu. Karena bagaimana ia bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya jika ia sendiri dalam merasakan cinta orang tuanya tidak mendapatkan kepenuhan.
Oleh karena itu baik bila Syekh Puji mengijinkan Ulfa merasakan cinta dari orang tuanya sambil menyelesaikan pendidikanya serta memberi kesempatan padanya untuk menghabiskan masa remajanya bersama teman-temannya serupa dengan remaja yang lain. Itu semua tanpa menghilangkan cita-cita Syekh Puji – mungkin juga Ulfa – untuk membangun rumah tangga yang sakhinah, mawadah dan warokah. Dan menjadi tanggung jawab keluarganya bersama Syekh Puji juga masyarakat sekitar untuk ngembu Ulfa dalam kehangatan dan kesuburan cinta. Hal ini bukan saja baik bagi Ulfa namun baik juga bagi calon keluarga dan perusahaan yang akan ia hadapi jika benar ia akan menikah dengan Syekh Puji. Semoga perguncingan pernikahan dini antara Syekh Puji dengan Ulfa ini dapat segera diselesaikan dengan jalan yang terbaik bagi Syekh Puji, Ulfa serta masyarakat.


penulis ialah mahasiswa di STFT Widya Sasana Malang

DARI MITOS KE LOGOS


Perubahan dari Mitos ke Logos Merupakan Revolusi Utama
Filsafat. Bagaimana mendefinisikan filsafat? Peradaban Yunani Awali menyebut filsafat sebagai suatu pengembaraan akal budi manusia sesudah mitologi. “Sesudah” mengatakan tahapan proses, perkembangan. Benar demikian, karena filsafat bukan terjadi mendadak. Filsafat bukan wahyu yang datang dari “atas.” Filsafat merupakan suatu pergumulan. Pengembaraan. Awal filsafat sering dirujukkan pada peradaban para filosof alam Yunani pada waktu itu. Para tokoh pionir filsafat, di antaranya Thales, mengagas dunia menjadi ruang hidupnya secara baru. “Baru” artinya berbeda dengan mitos. Dalam terminologi “baru” dicakup pengertian ilmiah. (Armada, CM, Filsafat:Peradaban Rasionalitas, dalam diktat matakuliah Pengantar Filsafat (STFT-Widya Sasana, [tanpa tahun]), hal.2.
Perubahan
Salah satu ucapan Herakelitos yang terkenal ialah “panta rhei kai uden menei” yang berarti “segalanya mengalir dan tidak ada yang tinggal mantap.” Iapun berpendapat bahwa “tidak ada sesuatupun yang tetap atau mantap.1” Hidup kita di dunia ini merupakan sebuah dinamika. Manusia adalah makhluk hidup yang berakal budi. Makhluk hidup memiliki nilai hakiki yaitu tumbuh, berkembang dan bergerak. Statis berarti mati. Bukankah tidak ada yang statis di dunia ini? Dalam belajar filsafat kita juga menemukan sebuah perubahan besar. Perubahan itu sangat berpengaruh bagi masyarakat saat itu. Bahkan, dampaknya bisa kita rasakan sampai sekarang. Perubahan itu ialah perubahan dari mitos ke logos. Perubahan tersebut melahirkan para pemikir beserta pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itulah yang secara tidak langsung menjadi benih munculnya filsafat. Secara tidak langsung, hal itu berarti bahwa perubahan mitos ke logos merupakan sebuah revolusi besar. Namun, apakah perubahan dari mitos ke logos itu bisa disebut sebagai revolusi?
Mitos dan Logos
Sekarang mari kita mendalami kedua subjek perubahan itu, mitos dan logos. Mitos merupakan cara manusia untuk menjelaskan kehidupan melalui cerita, dogeng, legenda, dll. Cerita, dongeng dan legenda tersebut memunculkan tokoh pahlawan yang didewakan atau dewa-dewa itu sendiri.2 Manusia menjelaskan realita yang ada dengan menghadirkan sosok dewa-dewi yang mengatur kehidupan. Apa yang mereka terima lebih berupa ‘wahyu.’ Wahyu karena penjelasan tersebut diterima begitu saja secara turun temurun tanpa disertai dengan penelitian. Bahkan, apa yang dikatakan mitos tak jarang dicoba untuk ditiru. Hal ini nampak dari pernikahan orang Yunani yang meniru pernikahan Zeus dan Hera.3 Sebenarnya apa isi penjelasan tersebut? Penjelasan yang terdapat dalam mitos merupakan penjelasan akan hubungan manusia dengan alam.
Sedangkan logos merupakan cara manusia untuk menjelaskan kehidupan melalui sebuah penelitian. Manusia menjelaskan realita yang ada yang tersebut dengan meneliti gejala-gejala alam maupun peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang mereka terima bukan merupakan wahyu. Karena penjelasan tersebut tidak diterima begitu saja, namun merupakan buah dari pencarian. Tidak jauh berbeda dengan mitos, bahwa isi penjelasan tersebut merupakan penjelasan akan hubungan manusia dengan alam.
Berikut ini merupakan contoh yang menggambarkan perbedaan mitos dan logos. Dalam mitos, pelangi digambarkan sebagai dewa atau dewi. Sedangangkan dalam logos Anaxagoras berpendapat bahwa pelangi adalah pantulan dari matahari yang ditangkap oleh awan. Berbeda lagi dengan Xonophanes yang mengatakan bahwa pelangi merupakan awan itu sendiri. Dua pendapat yang terkahir jelas bukan sebagai mitos melainkan sebagai buah dari pemikiran. Apa yang mereka pikirkan ini merupakan pendapat yang dapat diteliti dan diperdebatkan.4 Sedangkan pelangi sebagai mitos, hanya bisa diterima secara mentah-mentah sebagai perwujudan dewa-dewi.
Mitos dan logos memiliki perbedaan yang mendasar. Hal itu nampak dengan ada atau tidak adanya penelitan dalam menjelaskan segala sesuatu yang merupakan hubungan manusia dengan alam semesta. Kendati demikian, mitos dan logos tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Logos tidak akan ada, bila tidak ada mitos. Dalam hal ini mitos muncul sebagai awal dari munculnya logos. Tanpa ada mitos, tidak akan ada yang dijelaskan oleh logos. Karena pada dasarnya, logos menjelaskan mitos dengan sebuah penelitian5. Perlu kita ketahui, bahwa para filusuf awal menyelidiki alam semesta dan kejadian-kejadian, yang tidak lain ialah mitos itu sendiri.
Revolusi
Ada banyak macam perubahan yang pernah terjadi, sedang terjadi dan akan terus terjadi. Salah satu bentuk perubahan tersebut ialah revolusi. Dalam artikel ini perubahan dari mitos ke logos dirasa sebagai sebuah revolusi. Mengapa dipilih kata revolusi? Banyak pihak mengartikan revolusi secara berbeda-beda. Pada artikel ini pengertian revolusi diunduh dari situs internet Wikipedia. Di sana ditemukan kata revolusi yang memiliki arti:
“Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat....Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.”6
Selain pengertian revolusi, kita juga harus memahami syarat-syarat terjadinya revolusi. Ada dua syarat yang harus ada dalam sebuah revolusi7. Pertama,adanya lembaga-lembaga yang konvensional. Sedangakan syarat yang kedua, adanya gologan yang memiliki sebuah gerakan besar yang punya pengaruh.
Proses perubahan ini berawal dari mitos yang menjadi pedoman hidup masyarakat Yunani pada jaman dahulu. Namun, pada abad VI SM sebuah perubahan terjadi. Logos mulai muncul dan membawa sebuah hal baru. Bahkan ada anggapan dari “para tokoh pionir filsafat, di antaranya Thales, mengagas dunia menjadi ruang hidupnya secara baru.8” Hadirnya logos, yang tidak lain ialah ilmu pengetahuan, sedikit demi sedikit mengubah cara pandang orang terhadap alam semesta dan kejadian-kejadian. Kendati hanya mampu mengubah sedikit demi sedikit, logos telah mengubah sendi-sendi hidup masyarakat pada jaman itu. Masyarakat pada jaman itu mulai berani mempertanyakan asal-usul terciptanya dunia. Mereka tidak hanya menerima mentah-mentah apa yang dikatakan mitos. Inilah awal kelahiran filsafat. Dari sana muncul para filusuf awal, yang berani mengungkapkan hasil pemikirannya tetang awal mula dunia. Para filusuf memulai pemikirannya dengan meragukan cerita-cerita mitos dan mencari dari mana asal mula dunia ini.9 Dengan perubahan inilah maka revolusi pengetahuan terjadi. Pegetahuan akhirnya mampu membuat mitos menjadi “Nomor 2.” Serupa dengan Pramodya yang mengungkapkan bahwa “ilmu pengetahuan semakin melahirkan keajaiban. Dongengan leluhurpun sampai pada malu tersipu.10
Perubahan yang terjadi dari mitos ke logos memang tidak secepat revolusi pada umumnya. Secara gamblang dikatakan oleh Dr. Harun Hadiwijono bahwa “...kemenangan akal atas mite-mite itu tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba.11” Pendapat ini juga didukung oleh kutipan awal yang tercantum dalam artikel ini “... filsafat sebagai suatu pengembaraan akal budi manusia sesudah mitologi. ‘Sesudah’ mengatakan tahapan proses, perkembangan.12” Revolusi memang dibedakan dengan evolusi, yang jika dipandang menurut kisaran waktu lebih lama dan berjalan secara berangsur-angsur13. Revolusi merupakan perubahan yang radikal dan cenderung cepat.14 Kembali pada kutipan dari wikipedia bahwa kecepatan dalam perubahan merupakan sesuatu yang relativ. Hal ini menjadi nyata pada perubahan dalam industri yang kerap dikenal dengan revolusi Industri. Perubahan dalam sektor industri yang terjadi di Inggris pada akhir abad 18 sampai awal abad 19 termasuk perubahan yang tidak seketika. Namun, perubahan tersebut tetap dikenal dengan istilah revolusi Industri karena dampaknya yang mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.15
Jika dilihat dari pemenuhan kedua syarat revolusi, perubahan dari mitos ke logos mampu disebut sebagai revolusi. Syarat pertama terpenuhi dengan adanya kelompok masyarakat yang memegang mitos sebagai pedoman hidup dan cara untuk mengerti hubungan manusia dengan alam. Sedangkan syarat yang kedua terpenuhi dengan adanya para pemikir yang mencoba menjawab secara rasional tentang mitos yang tidak dapat dibuktikan oleh akal. Sebenarnya poin penting dari Revolusi ialah perubahan yang mempunyai dampak besar bagi kehidupan. Jika kita melihat Revolusi Industri dan/atau Revolusi Perancis, keduannya memang memiliki dampak yang sangat besar bagi perindustrian dan demokrasi di dunia. Begitu pula dengan perubahan dari mitos ke logos. Revolusi pengetahuan membawa dampak besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, karena melahirkan filsafat. Kita ketahui bersama, bahwa filsafat merupakan akar dari segala ilmu pengetahuan yang ada.
Kesimpulan:
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan mitos ke logos merupakan revolusi, mengingat pemenuhan pengertian dan syarat-syarat. Dengan demikian Revolusi pengetahuan ini secara tidak langsung merupakan revolusi pertama dan utama. Hal tersebut dikarenakan buah dari revolusi ini merupakan dasar dari segala perubahan pemikiran. Poin yang perlu digaris bawahi ialah perubahan pola pikir yang tidak hanya menerima mitos sebagai wahyu yang diwartakan turun temurun, melainkan pola pikir untuk mencari dan terus mencari kebenaran. Revolusi-revolusi yang terjadi setelah Revolusi pengetahuan merupakan usaha untuk mencari kebenaran. Selain itu munculnya ilmu pengetahuan, yang memiliki banyak pengaruh dalam merubah dunia, juga merupakan buah dari Revolusi pengetahuan. Dengan adanya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pola pikir manusia yang nantinya pola pikir tersebut melahirkan revolusi yang lain.


BELAJAR FILSAFAT-BELAJAR ‘MENGAPA-ISME’
Pendahuluan
Kiranya sangatlah penting dan berguna tugas yang diberikan oleh panitia POSMA tahun ini. Tugas yang diberikan tidak asal-asalan. Melainkan, sangat tepat guna, dan pastinya juga diharapkan berhasil guna pula. Dengan memberikan pertanyaan ‘Apa guna belajar Filsafat?’ sedikit banyak akan memberikan gambaran tentang sesuatu yang akan dipelajari oleh para mahasiswa baru tahun 2008 ini selama empat tahun ke depan. Tugas ini menjadi tepat guna bila melalui tugas ini para mahasiswa baru mendapat gambaran tentang sesuatu yang dinamakan filsafat, yang akan mereka pelajari selama empat tahun ini. Dan menjadi berhasil guna bila tugas ini benar-benar dapat membantu mengantarkan para mahasiswa baru ini sampai pada akhir pendidikan S1
Berikut ini akan coba dijabarkan tentang belajar filsafat menurut pandangan seorang mahasiswa yang baru duduk di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang.
Belajar
Nampaknya belajar tidak akan bisa dilepaskan dari hidup manusia. Dalam hal ini tentunya bukan hanya belajar yang bersifat akademis. Mengapa demikian? Karna jika belajar disempitkan hanya pada segala sesuatu yang bersifat akademis, maka belajar dapat lepas dari hidup manusia. Hal itu disebabkan tidak semua manusia mendapatkan kesempatan belajar secara akademis. Bukti nyata bahwa banyak anak-anak usia sekolah tidak dapat merasakan dinamika kegiatan belajar mengajar. Belajar yang dimaksudkan di sini ialah belajar dalam arti luas, tidak hanya belajar akademis tetapi juga belajar yang sifatnya praktis.
Sejak kecil kita sudah mencoba untuk belajar, dimulai dengan belajar berjalan, belajar membaca, belajar bersepeda, dll. Begitu pula saat kita beranjak remaja, kita belajar mengendarai sepeda motor, belajar ilmu-ilmu tertentu, dll. Bahkan sampai masa tuapun kita tidak akan berhenti belajar akan hal-hal baru. Ya, siapa saja, di mana saja, kapan saja belajar bisa dilakukan.
Menurut Andrias Harefa, belajar berbeda dengan belajar tentang (Harefa, 1998). Belajar membuat film berbeda dengan belajar tentang membuat film. Saat kita belajar membuat film, kita akan bersentuhan langsung dengan praktek membuat film. Kita akan memegang kamera dan mencoba mengambil bebrapa adegan gambar. Sedangkan belajar tentang membuat film dapat kita lakukan tanpa harus susah payah turun ke lapangan. Cukup dengan mendengarkan penjelasan dari seorang sutradara ternama atau dengan melihat tayangan tentang cara membuat film kita telah melakukan apa yang dinamakan belajar tentang membuat film.
Jelas sekali nampak perbedaan bobot dari kedua kata kerja tersebut. Kata belajar nampak memiliki nilai lebih. Perbedaan tersebut terlihat pada tindakan yang dilakukan. Dari penjelasan di atas jelas bahwa belajar adalah sebuah tindakan prakteki. Namun, walau bagaimanapun juga kita tetap tidak bisa meninggalkan belajar tentag begitu saja. Belajar tetang tetap menjadi berguna bagi kita saat kita mempelajari segala sesuatu yang bertentangan dengan aturan umum.ii Misalnya, kita tidak perlu belajar dan mempraktekan Homoseksualitas. Kita hanya perlu belajar tentang Homoseksualitas. Karena dari sana diharapkan kita dapat menemukan cara-cara penanggulangan dan penanganan Homoseksualitas.
Filsafat
Rm. Yustinus, C.M. dalam pengantar POSMA 2008 di STFT mengatakan bahwa mahasiswa Filsafat diharapkan mampu menjadi manusia yang kritis dengan selalu bertanya ‘mengapa? mengapa dan mengapa?’. Sedangkan dalam Pastores Dabo Vobis dikatakan bahwa “suatu tahap kritis dalam pembinaan intelektual ialah studi filsafat...”(PDV art. 52). Sebenarnya apa hubungan filsafat dengan kekritisan dan ke-mengapa-an? Oleh karena itulah mengapa judul di atas bertuliskan ‘belajar filsafat-belajar mengapa-isme’.
Salah satu prinsip yang dipegang oleh Rm. Mangun Wijaya, Pr saat mengelola SD Mangunan di Jogjakarta ialah ‘anak yang kerap kali bertanya tidak menandakan bahwa anak itu bodoh’. Justru sebaliknya, anak yang kerap kali bertanya merupakan anak yang cerdas, kritis dan kreatif. Hal itu dikarnakan si anak mampu merumuskan kesulitannya dan mencoba mengutarakan gagasan kesulitannya tersebut dalam sebuah pertanyaan.iii Sekiranya pandangan ini juga sejalan dengan dua pandangan sebelumnya. Orang yang mampu bertanya, salah satunya dengan menanyakan mengapa? mengapa? dan mengapa? ialah orang yang kritis. Memang rasanya orang yang selalu bertanya itu nampak bodoh. Namun, dengan menanyakan ‘Koq bisa ya? Atau ‘mengapa begini?’ dan ‘mengapa begitu?’ hal itu justru akan membantu untuk menemukan inti dari permasalahan. Bertanya, bertanya dan bertanya sama halnya dengan membuka, membuka dan membuka sampai akhirnya sampai pada intinya yang sudah tidak dapat dibuka lagi.
Ya, seperti itulah filsafat. Filsafat membantu kita untuk menjadi orang bodoh yang cerdas, yang selalu bertanya mengapa guna mencari yang menjadi inti dari sesuatu.
Manfaat Belajar Filsafat
Belajar filsafat berbeda dengan belajar tentang filsafat. Mungkin di STFT para mahasiswanya akan belajar tentang filsafat, belajar siapa filusuf-filusuf dan bagaimana pemikiran-pemikirannya. Namun, tentunya diharapkan para mahasiswa juga mampu belajar filsafat. Karna dengan begitu filsafat akan lebih bermakna. Filsafat yang mengajari kita untuk menjadi orang bodoh yang cerdas, yang selalu bertanya mengapa guna mencari yang menjadi inti dari sesuatu, akan nampak lebih nyata. Selain itu belajar filsafat akan mengantar subjek didik (baca: mahasiswa) kembali kepada inti suatu hal. Kembali, hal itu dikerenakan bahwa Filsafat mengajak untuk terus membuka kulit-kulit luar segala sesuatunya, melalui pertanyaan-pertanyaan kritis hingga akhirnya menemukan inti atau dasar yang bisa dijadikan pegangan. Karena bila kita telah mampu menemukan inti yang dapat menjadi pegangan kita dalam menyampaikan sebuah gagasan.
Bagaimana dengan seorang calon imam? Menurut Pastores Dabo Vobis, Filsafat akan banyak membantu para calon imam dalam hal pembinaan intelektualnya dalam berbakti pada kebenaran dan untuk makin menyelami manusia dan gejala-gejala serta arus perkembangan masyarakat.iv Dari manfaat-manafaat itulah semakin nampak bahwa filsafat mendukung para calon imam untuk mencapai panggilan yang sedang ia geluti. Intinya, filsafat tidak hanya berguna bagi perkembangan intelektualitas namun juga berguna bagi perkembangan panggilan para calon Imam.
Filsafat... I’m Here...
__________
i Bdk. Andrias Harefa, Berguru Pada Matahari, (Jakarta :Pt Gramedia Pustaka Utama.2000) hal. 13
ii Ibid. hal 14
iii Hal ini disampaikan oleh Rm. Sari, Pr. Saat memberikan seminar tentang dinamika edukasi dasar di Seminari Petrus Canisius, Mertoyudan, Magelang
iv Bdk. Pastores Dabo Vobis, (Jakarta: Departemen Dokumentrasi dan Penerangan KWI) art. 52
Daftar Pustaka:
_____________. 1992, Pastores Dabo Vobis, Jakarta: Departemen Dokumentrasi dan Penerangan KWI
Harefa, Andrias. 2000. Berguru Pada Matahari, Jakarta :Pt Gramedia Pustaka Utama


SARA Vs PANCASILA?i
Oleh And. Benoe Angger P.ii
KONFLIK PANCASILA
Pancasila sudah berumur 65 tahun. Selama 65 tahun tersebut Pancasila telah mewujudkan Indonesia yang memiliki keanekaragaman Budaya, suku, ras, agama, dll. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa kali Pancasila sempat diguncang oleh beberapa masalah. Beberapa contoh tersebut antara lain Pemberontakan Komunis atau PKI dan Darul Islam /DI TII, Permesta dan yang lain. Pemberontakan tersebut intinya ingin merubah ideologi Pancasila dengan ideologi lain seperti ideologi Komunis atau Ideologi islam. Namun fakta sendiri mengatakan bahwa kendati beberapa kali diguncang perkara, Pancasila tetap bertahan sebagai Ideologi bangsa Indonesia. Padahal kekuatan yang dihadapi Pancasila bukanlah kekuatan yang mudah. Paling tidak dari dua ideologi yang pernah menyerang Pancasila, Komunis dan Islam, nampak bahwa yang dihadapi Pancasila merupakan dua kekuatan besar.
Namun kita juga perlu menyadari gejala yang akhir-akhir ini merebak di negara Indonesia. Gejala atau kecendurungan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) beberapa kali terjadi di beberapa daerah di negara Indonesia. Sayangnya, beberapa daerah telah lepas dari genggaman ‘Sang Garuda’. Menurut Fatkhuri, MAiii hal tersebut terjadi sebagai bentuk nyata munculnya benih-benih kebencian terhadap NKRI. Sebenarnya apa yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi? Fatkhuri menyatakan hal tersebut muncul sebagai ketidakpuasan masyrakat daerah terhadap pemerintah pusat yang teralalu mengeksploitasi daerah.
Selain itu kadang kita juga sering menemukan adanya aksi-aksi yang mengatasnakaman agama serta tafsir tunggal kebenaran yang hanya dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu. Aksi-aksi seperti inilah yang oleh Fatkhuri disebut sebagai aksi yang mendorong permaginalaniv nilai-nilai Pancasila atau lebih ekstreemnya lagi pemusnahan Pancasila. Aksi-aksi fanatik seperti di atas kadang menyuarakan bahwa kelompok – kadang juga agama – mereka adalah yang paling benar. Aksi inilah yang merupakan sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila, karena sama sekali tidak menceminkan Pancasila yang pluralistik.
MEMANDANG SARA DAN SILA KE DUA
Membicarakan Pancasila dan SARA, secara tidak langsung kita pasti akan bersingungan dengan sila ke dua Pancasila. Sila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tersebut nampaknya memang sengaja diletakkan sebagai poin ke dua setelah sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Para founding fathers mencoba menekankan pentingnya persatuan setelah menekankan aspek religiusitas. Para founding fathers tentunya melakukan hal tersebut karena melihat kenyataan yang ada, banyaknya pulau, beraneka ragamnya suku dan bermacam jenis kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Nampaknya para founding fathers ingin menyatukan keanekaragaman tersebut menjadi sebuah indonesia yang lebih indah. Serupa dengan mozaik yang berasal dari bermacam bentuk dan warna dirangkai satu hingga tercipta sebuah gambaran utuh yang indah.
Mungkin kita bertanya ‘mengapa dipilih kata ‘Persatuan’ bukan ‘Persamaan’? Kembali ke analogi mozaik, apa yang terjadi bila mozaik tersebut terdiri dari beberapa hal yang sama? Yang terjadi ialah sebuah gambaran polos yang monoton. Begitu pulalah Indonesia! Para Founding fathers sama sekali tidak pernah bermaksud unutk menyamakan atau menyetarakan indonesia. Mereka membiarkan adanya perbedaan dan tetap berusaha untuk menyatukan satu dengan yang lain. Dari sana jelas bahwa tindakan-tindakan yang mengarah kepada sebuah penyetaraan atau penyamaan kelompok atau golongan merupakan tindakan A-Pancasilav. Beberapa tindakan yang A-Pancasila antara lain usaha untuk menghilangkan, mengusir, menyerang, tidak menerima serta merendahkan kelompok atau golongan lain.

__________________
i Disampaikan dalam diskusi kelmpok Pancasila yang membahas tentang permasalahan SARA.
ii Mahasiswa STFT Semester 1 STFT Widya Sasana, Malang.
iiiMantan aktifis PMII jombang sekarang Mahasiswa Pasca Sarjana bidang kebijakan publik Australian National University (ANU), Canberra, Australia.
iv Proses untuk meminggirkan (margin= garis pinggir/tepi)
v Tindakan yang tidak sesuai dengan pancasila


PANCASILA MEMANDANG KONFLIK MONASi
Oleh: And. Benoe Angger P.ii

Masalah:
Pada tanggal 1 Juni 2008, sebuah tragedi mengenaskan kembali terjadi di bumi Indonesia dimana bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila, bentrokan yang membawa korban luka masa Aliansi Kebangsan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) dengan masa Front Pembela Islam tak terhindarkan. Peristiwa yang terjadi di MONAS tersebut menuai banyak protes dari berbagai kalangan dimana pada umumnya kelompok-kelompok yang mendukung aksi AKBB ini mengecam keras tindakan anarkis yang di lakukan FPI. Hal lain yang lebih tragis lagi adalah peristiwa ini terjadi disaat masa AKBB mau memperingati hari lahir Pancasila, sehingga tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI dinilai menciderai nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi perbedaan dalam bingkai persatuan.iii
Sila 1
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila pertama karena:
Tidak mencerminkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Tidak mengembangkan sikap hormat-menghormati antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
Sila 2
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila kedua karena:
Tidak mencerminkan sikap saling mencintai sesama manusia
Namun, justru mencerminkan sikap semena-mena terhadap orang lain
Sila 3
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila ketiga karena:
Bukan merupakan tindakan yang dapat mempersatukan elemen masyarakat Indonesia yang majemuk
Menampakkan gagalnya sikap untuk menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan
Sila 4
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila keempat karena:
Sama sekali tidak mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan guna kepentingan bersama
Kurang percaya kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan permusyawarahan.
Sila 5
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila kelima karena:
Bukan cerminan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
Serta jauh dari kegiatan yang bersifat sosial yang bermanfaat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kita meyakini bersama bahwa keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat Indonesia merupakan nilai lebih bangsa kita. Namun, juga tidak bisa dipungkiri bahwa keanekaragaman tersebut juga dapat menimbulkan konflik di negara kita ini. Sebelumnya perlu diingat, bahwa bukan keanekaragaman tersebut yang menimbulkan konflik. Hal itu dikarnakan keanekaragaman merupakan subjek pasif, yang memang ada dan tidak diciptakan melainkan tercipta dengan sendirinya. Sedangkan subjek aktif dalam konflik – dalam hal ini pelaku dan penyebab terjadinya konflik – ialah pribadi-pribadi tertentu yang merasa keanekaragaman merupakan hambatan bagi agama, kelompok, suku, ras, dan golongan pribadi tersebut untuk berkembang atau menguasai negara ini.
Pandangan Pancasila terhadap masalah SARA yang telah dipaparkan di atas merupakan bukti nyata bahwa segala bentuk permasalah SARA, dimanapun, kapanpun dan dilakukan oleh siapapun merupakan sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan Pancasila. Pancasila dapat menjadi alat yang berfungsi sebagai indikator apakah tindakan, kegiatan, fenomen yang terjadi ini baik bila dihadapkan kepada bangsa Indonesia yang menjujung tinggi ‘ke-Bhineka Tunggal Ika-an’. Selain itu Pancasila juga dapat menjadi senjata untuk mengurangiiv permasalahan SARA. Bila kita mampu memanfaatkan Pancasila dengan sebaik-baiknya permasalah tersebut akan berkurang dan Indonesia akan menuju ke arah yang lebih dan semakin mendekati apa yang di idealkan para pendiri bangsa saat mencetuskan Pancasila. Nah, sekarang yang jadi masalahnya mampukah kita menggunakan alat tersebut dengan sebaik-baiknya? Seperti yang diaktakan Yesus ‘orang yang ingin mengikut aku namun menoleh ke belakang, ia tidak pantas bagi-Ku.’ Secara tidak langsung Yesus berkata “Optimislah! Tidak usah mempermasalahkan yang lalu-lalu. Hiduplah hari ini dan songsonglah masa depan yang lebih baik!”
Indonesia yang lebih baik, kami datang bersama Pancasila-mu yang hidup!
___________________
i Disampaikan kepada kelompok Pancasila yang membahas permasalahan SARA dan Pancasila.
ii Mahasiswa Faksultas Filsafat Semester 1 STFT Widya Sasana, Malang.
iiiArtikel ini ditulis dalam blog pribadi milik Fatkhuri, MA. Dia ialah seorang mantan aktifis PMII Jombang sekarang Mahasiswa Pasca Sarjana bidang kebijakan publik Australian National University (ANU) Canberra, Australia.
iv Dipakai kata mengurangi karena kami tidak memiliki gambaran bahwa permasalah itu akan hilang sepenuhnya. Kemungkinan bergurang itu lebih besar dari pada kemungkinan bahwa permasalaahn tersebut hilang sepenuhnya.


Rejeki Dalam Menyelamatkan Bumi

Dewasa ini aksi yang berkaitan dengan Global Warming banyak diadakan oleh berbagai pihak di berbagai tempat. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita, apakah kegiatan itu telah berdampak besar dan telah berhasil guna? Saya rasa kegaitan atau aksi-aksi yang menyerukan tentang global warming tidak berhasil 100%. Sekarang mari kita bandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh para pemulung atau pengumpul sampah-sampah plastik! Beberapa saat yang lalu, saya sempat hidup beberapa saat bersama dengan para pengumpul sampah plastik. Dan apa yang terjadi? Luar biasa! Dalam 1 hari mereka mampu mengumpulkan 1 kwintal lebih sampah palstik. Dari sampah plasatik yang mereka kumpulkan itu mereka mendapat upah Rp. 100.000,- sampai Rp. 150.000,- dari para pengepul sampah. Ternyata mereka tidak saja mampu menghidupi keluarga namun juga telah banyak membantu menyelamtkan bumi dari sampah-sampah plastik. Sayangnya, apa yang mereka lakukan kalah tenar dengan aksi yang dilakuakn oleh para aktivis lingkungan. Apa yang dilakukan oleh para pemulung atau pengumpul sampah-sampah plastik lebih nyata dan kiranya lebih banyak berdampak besar pada lingkungan. Baik bila kita memberikan apresiasi/penghargaan bagi para pemulung atau pengumpul sampah-sampah plastik yang mampu menghidpui keluarganya dengan kringat dan jerih payahnya, sekaligus meyelamatkan Bumi dari sampah!
And. Benoe Angger P.
Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Anak(dan) Televisi

ANAK…
Saat pertama kali saya mendengar kataanak yang terbesit dalam benak saya adalah manusia berumur 5 -13tahun yang masih berada dalam masa/tahap bermain. Kendati dalamkehidupan di masyarakat, anak adalah semua manusia yang memilikiorang tua atau masih menjadi tanggungan orang tua. Seorang ayah masihmenjadi anak dari orangtuanya (kakek dari anak-anaknya). Namun, dalamhal ini saya akan mengambarkan anak yang umumnya dipakai olehmasyarakat, anak identik dengan kepolosan, keluguan dan keceriaan.Anak seusia TK-SD, biasanya baru gemar-gemarnya bermain, belajarsambil meniru apa yang terjadi di sekitarnya. Kegiatan meniru inidalam ilmu Sosiologi disebut Imitasi. Ada dua macam Imitasi yang sayaketahui, yaitu, Imitasi positif dan Imitasi negatif. Imitasi positifterjadi saat anak-anak meniru gejala-gejala sosial positif disekitarnya, misalnya saja di sekolah ia melihat gurunya membuangsampah yang tercecer dari tempat yang tidak selayaknya ke tempatsampah, di rumah ia juga membuang sampah pada tempatnya. Sedang,imitasi negatif adalah saat anak mendengarkan kata-kata atau kegiatanyang tidak sepantasnya dan ia menirukan hal itu tanpa tahu artisebenarnya. Memang menjadi harapan banyak orang bila anak terpengaruhImitasi positif. Tetapi sayangnya lebih banyak anak yang justruterpengaruh imitasi negatif. Sering kita mendengar kasus anak matikarena loncat dari tempat tinggi gara-gara ingin seperti Superman,Superhero yang bisa terbang yang biasa ia tonton di televisi.
TELEVISI…
Televisi sebuah penemuan dari abad 20tepatnya setelah Perang Dunia ke II, televisi merupakan penemuanspektakuler abad itu. Sesuai dengan namanya, Tele berarti jauh danvisi (vision) berarti melihat, televisi membantu manusia untuk dapatmelihat kejadian atau pristiwa yang jauh dari tempat dia berada. Kitabisa tahu bagaimana keadaan pertandingan sepak bola antara ManchesterUnited melawan Liverpool yang sedang berlangsung di Inggris darisebuah kotak ajaib bernama televisi. Berkembangnya televisi diikutipula berkembangnya perusahaan pertelevisian dan perfilman. Pada awalabad 20 di Prancis sudah ada dua perusahaan besar perfilman yangsaling bersaing, Pathe Fares dan Goumount Pictures.
Di Indonesia sendiri saat ini takkurang dari 12 stasiun televisi besar yang berdiri, bahkan hampirsetiap Kabupaten / Kotamadya memiliki stasiun televisi sendirimisalnya saja: Jtv (Surabaya); RBtv, Jogja tv, Tugu tv (Jogjakarta);Bali Tv (Bali); Jack tv, Ctv (Jakarta); Ratih tv (Kebumen); TvBorobudur, Pro tv, Tv Ku (Semarang); dan masih banyak yang lainnya.Menurut saya hal itu (banyaknya stasiun televisi) terjadi karenatingkat konsumerisme terhadap tayangan televisi sangat tinggi. Dan,tingkat konsumerisme yang tinggi itu berarti komoditas yang tinggipula. Dahulu, sebelum ada anjuran tentang tayangan televisi hanyasampai jam 1 dini hari kita bisa nonton televisi 24 jam nonstop.
“Mengapahal itu bisa terjadi?”
Kebutuhan dasar manusia ialahkebahagiaan. Dan menonton televisi ialah salah satu cara untukmemperoleh kebahagian. Menonton televisi diyakinkan bisa membuatmanusia mendapat hiburan yang bisa meredakan ketegangan otak setelahmenghadapi kegiatan di kontor, sekolah dan rumah. Sebuah penelitianmengatakan bahwa manusia lebih suka melihat sesuatu yang bergerakdari pada melihat sesuatu yang diam mematung. Dan nampaknya televisimerupakan salah satu lahan untuk mendapatkan hal yang disukai olehmanusia tersebut.
“MoralitasAnak TVRI dan Anak Mtv”
Saya senang dengan pandangan “Anak adalah Anak Jamannya”,karena pandangan itu benar-benar ada dan benar-benar terjadi dimasyarakat kita. Jaman merupakan salah satu pembentuk moral anak,secara ekstrim saya akan membandingkan anak jaman TVRI (70-an) dananak jaman Mtv (2000-an). Anak jaman TVRI cenderung bisa menerima danmau berkorban, salah satu penyebabnya adalah minimnya stasiuntelevisi dan juga minimnya pesawat televisi yang ada. Pada tahun70-an di Indonesia hanya ada satu stasiun televisi yang ada (TVRI).Dan hanya orang-orang tertentu yang mempunyai televisi saat itu. Bilamau menonton televisi orang pada jaman tersebut harus berjalan keKelurahan atau bila beruntung memiliki tetangga yang berkecukupan,mereka menonton di rumah tetangganya tersebut.
Sedangkananak sekarang atau saya menyebutnya anak Mtv akan lebih cenderungbersifat ekspresif dan ingin tampil. Bila kita lihat fenomenaanak-anak sekarang sudah banyak yang hafal lagu-lagu band sepertiPaterpan, Radja, RATU, dll
PRISTIWA…
Akhir-akhir ini terdapat sebuahfenomena bahwa anak tak bisa lepas dari televisi. Banyak acaratelevisi yang menarik yang membuat anak lebih suka menonton televisidari pada harus belajar di kamar. Tugas anak sebagai pelajarnampaknya mulai tergeser oleh adanya televisi. Setelah pulang sekolahsi Anak langsung menonton televisi sambil makan siang, kurang lebihmenghabiskan waktu 2 jam. Setelah itu tidur siang di depan televisi,sembari menunggu mata terpejam si Anak menonton televisi, kuranglebih 1 jam. Setelah bangun si Anak mandi, lalu melanjutkan menontonfilm kartun sore di televisi, kurang lebih 3 jam. Baru setelah itubelajar dari pukul 18.00-19.00, dan langsung makan malam. Saat makanmalam si Anak menonton televisi sampai ia kembali tidur, kurang lebih3 jam. Bila itu semua di jumlah maka waktu yang dihabiskan si Anakuntuk menonton televisi ialah 9 jam dalam sehari. Apakah si Anaktidak bosan? Menurut saya dia tidak akan bosan, banyaknya stasiuntelevisi yang menghadirkan beranekaragam acara adalah salah satufaktor utamanya.
“Apakahhal itu berdampak bagi si Anak?”
Jelas dan hal itu pasti berdampak.Dilihat dari pembagian waktu di atas, si Anak menghabiskan 9 jamuntuk menonton televisi dan menghabiskan 7 jam untuk belajar baik disekolah maupun di rumah. Tidak mengejutkan bila hasil belajar anaksemakin menurun karena bila di bandingkan, waktu anak untuk belajarjauh lebih sedikit dari pada waktu untuk menonton televisi.
Dampak yang terjadi tidak hanya padakualitas belajar dan studi anak, tapi juga pada psikologi danperkembangan anak. Sudah saya katakan di atas perihal seorang anakyang mati karena loncat dari tempat tinggi gara-gara ingin sepertiSuperman, seorang Superhero yang bisa terbang yang biasa ia tonton ditelevisi. Kadang juga, anak meniru adegan-adegan orang dewasa hanyakarena ingin seperti yang di televisi. Inilah salah satu penyebabmoralitas anak Indonesia maupun dunia merosot. Seorang teman merasajagoan bila ia berhasil memukuli temannya sampai berdarah karenamelihat adegan-adegan kekerasan di televisi.
“Siapakahyang seharusnya disalahkan?”
Tak mungkin seorang sutradara ataupembuat film dan tayangan televisi menjadi penyebab semua ini karenabila mereka tak mengimbuhi adegan-adegan tertentu pastinya film atautayangan yang mereka buat akan terasa hambar dan monoton. Anak jugatidak bisa disalahkan karena mereka hanya konsumen yang tidak tauapa-apa, tak banyak dari mereka hanya bisa menikmati tanpa bisamengerti apa maksud dari semua itu. Mereka menonton adegan-adegandari televisi dan menirunya bila mereka menganggap hal itumengasyikan, baik dan pantas, padahal hal itu kadang berlawanandengan yang senyatanya.
“Lalu siapakah yang harus bertindak?”
Kita semua, ya kalau bukan kita siapalagi. Baik bila orang tua, industri pertelevisian-perfilman, dan anakbersinergi untuk menciptakan sebuah kebiasaan baru. Orang tuadiharapkan tidak bosan menemani putra-putrinya menonton tayangan ditelevisi. Orang tua tidak harus ikut menonton acara tersebut, mungkinsambil disambi kegiatan lain seperti menyuapi, menyetrika atau yanglain. Tugas orang tua mungkin hanya memberi pesan moral pada anaksembari memberi tahu bahwa hal itu baik atau tidak. Hendaknya orangtua juga lebih menekankan bahwa belajar jauh lebih penting dari padamenonton televisi. Tapi juga perlu diingat bahwa anak juga perluhiburan, jangan biarkan anak menjadi kuper karena tidak pernahmenonton televsi. Mungkin orang tua bisa menyarankan anak untukmenonton tayangan yang bersifat edukatif, tak sedikit tayanganedukatif yang muncul di beberapa stasiun televisi.
Bagaimana peran industri pertelivisian dalam membantu perkemba-ngan anak? Untuk membantu orang tua dalammemberikan tayangan yang edukatif mungkin stasiun-stasiun televisibisa menghadirkan tayangan edukatif tersebut. Pertelivisian juga bisamemberikan pesan-pesan moral pada anak-anak. Sineteron Bidadari(RCTI) sudah mencoba hal itu pada akhir setiap episodenya. Kita tahubahwa pada jam-jam sekolah televisi banyak menghadirkantayangan-tayangan infotainment yang berisi gosip-gosip artis,sinetron baik dari dalam negeri, luar negeri seperti Bollywood(India) maupun Telenovela (Amerika Latin). Hal itu bukanlah kebetulansemata, pihak pertelevisian sudah membagi tayangan-tayangan dalamsegmen-segmen. Tayangan yang ditujukan bagi para ibu rumah tangga danpembantu rumah tanga dihadirkan pada jam sekolah saat mereka tidakmengasuh anak anak karena anak-anak sedang sekolah dan tak mungkinpulang dari sekolah untuk sekedar menonton film kesukaannya. Sayapernah menyaksikan sekilas sebuah stasiun televisi baru yangdiperuntukan khusus untuk anak-anak, SPACE TOON. Saya senang danmendukung stasiun televisi ini mereka memberikan tayangan-tayangankhusus untuk anak-anak pada jam tertentu, dan setiap tayangan-tayangan itu memang pantas untuk anak-anak. Tidak ada adegan untukorang dewasa, tak ada kekerasan, yang ada adalah dunia anak-anak,dunia bermain dan belajar.
“Lalu peran anak sendiri bagaimana?”
Hendaknya mereka bisa tahu tayangan ini pantas untuk usia mereka atau tidak. Merekasebisa mungkin diajarkan mengerti jenis-jenis tayangan dengan caramelihat lambang segmen yang biasanya ada di pojok atas kanan ataukiri televisi. Anak juga diharapkan bisa menangkap pesan-pesan daricerita atau tontonan di televisi, tidak hanya meniru tanpa tahuartinya. Baik lagi bila anak bertanya hal-hal yang baru yang iadapatkan dari tayangan di televisi. Saya yakin dengan berbagai caratersebut perkembangan mutu anak Indonesia akan berkembang ke arahyang lebih baik demi perkembangan moralitas generasi negara kita jugaINDONESIA.
SiaranTelevisi yang Aman Bagi Anak.
Jadimenurut hemat saya siaran televisi yang sehat ialah siaran yangjustru membuat anak dapat berkembang baik pertumbuhan (sesuaijamannya) maupun moral dan mental anak itu sendiri. Siaran itu dapatberupa siaran yang menghibur yang syarat akan pesan-pesan edukatifdan bukan yang penuh dengan adegan-adegan kekerasan, dewasa,dll. Satulangkah maju yang telah ditempuh oleh sebuah stasiun televisi, SPACETOON, yang menyiarkan acara televisi yang dikhusus kan bagi anak dantentu saja siaran tersebut aman bagi anak-anak.



Mohon Maaf:
Beberapa renungan yang sebelumnya tersedia, saat ini tidak bisa anda temukan di sini lagi karena renungan-renungan tersebut telah dibukukan rencana akan diterbitkan bulan Maret dengan bandrol Renungan Kaum Muda.

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...