Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......

Oleh: Fr. Andreas Benoe Angger P *













Ini adalah makalah yang saya sampaikan dihadapan seluruh guru katolik SMA Negeri sekota Malang, 5 Februari 2010.





A. Minoritas? No Problem

Gereja akhir-akhir ini mulai mencoba cara berpastoral dengan berbasis data. Data merupakan realitas asli yang bisa kita dapatkan dari lapangan. Diharapkan dari data tersebut, kita bisa menentukan arah gerak atau cara-cara berpastoral yang tepat. Sampai saat ini, data yang paling jelas tentang Pelajar Katolik di sekolah negeri ialah, jumlahnya yang minoritas di setiap sekolah. Hal itu sudah menjadi harga mutlak dan memang sudah tidak bisa ditolak lagi. Sangat tidak masuk akal, bila kita tidak terima dengan kenyataan itu. Mengapa saya bisa berkata demikian? Karena realita itu juga yang saya temukan di dua kota lain. Selain di Malang, saya sampai saat ini terlibat secara tidak langsung dalam Ikatan Pelajar Katolik Seluruh Magelang (IPKASMA) dan menjadi pemerhati Forum Pelajar Katolik Keuskupan Surabaya (FP2KS). Banyak hal serupa yang saya temukan saat membandingkan antara IPKASMA, FP2KS dan PASPEL (Pastoral Pelajar). Satu yang pasti ialah, jumlah Pelajar Katolik yang menjadi minoritas di sekolah-sekolah negeri. Sekali lagi hal itu tidak perlu disesali.

Ya, hal itu memang tidak perlu disesali, karena dari data itulah muncul ide untuk mendirikan paguyuban, ikatan, ataupun forum pelajar di beberapa kota atau Keuskupan. IPKASMA, FP2KS dan PASPEL mencoba hadir di tengah-tengah realitas itu. Paling tidak kehadiran mereka didorong oleh keinginan kuat untuk:

· Menunjukkan bahwa Pelajar Katolik di sekolah negeri itu tidak sendirian.

· Mempererat hubungan antar Pelajar Katolik (yang senasib sepenanggungan dan pastinya seperjuangan).

· Untuk memberi dorongan kepada para Pelajar Katolik agar tidak minder karena mereka minoritas.

· Sebagai sarana berbagi pengalaman iman.

· Syukur-syukur dapat jodoh seiman.

Minoritas bukanlah sebuah masalah. Kiranya kata-kata itulah yang menjadi dorongan bagi beberapa forum pelajar bahkan Gereja Katolik di Indonesia. Bukankah Yesus senantiasa mengajak kita untuk menjadi garam dan terang dunia (lih Mat 5:13; Mark 9:50 ; Luk 14:34). Mari sekarang kita belajar dari spiritualitas garam dan lilin! Kita kaum minoritas itu seperti garam. Kata ibu saya, kalau masak itu biar enak harus pake garam, tapi garamnya ga usah banyak-banyak. Secukupnya saja. Perbandingan antara masakan dan garam pastinya harus lebih banyak masakannya. Coba kita bayangkan kalau kita masak Sop garamnya 1 Kg, airnya cuma 1/2 L. Apa jadinya? Pasti akan uuaassiinnn buanget!! Dari garam kita bisa belajar, sedikit ga masalah yang penting bisa memberi rasa. Kita kaum minoritas itu seperti lilin. Tidak jauh berbeda dengan garam. Hanya dibutuhkan beberapa lilin saja untuk menerangi rumah kita saat mati lampu. Saya yakin tidak ada, orang yang menyalakan lilin seratus batang hanya untuk rumah type 36. kalaupun ada orang itu pasti sudah siap untuk pindah rumah karena rumahnya terbakar gara-gara terlalu banyak memasang lilin. Dari lilin kita bisa belajar, sedikit ga masalah yang penting bisa memberi terang.


B. GENERATION PLUS.

Berhenti pada menerima diri sebagai minoritas saja pasti hanya membuat Pelajar Katolik diam di tempat. Nah, yang menjadi usaha selanjutnya ialah mendampingi Pelajar Katolik sebagai GENERATION PLUS atau G +. Kata atau simbol Plus ‘+’ juga memberi kesan positif (coba tanyakan pada guru matematika...). Pelajar Katolik hendaknya bisa menjadi generasi yang memiliki nilai positif atau nilai lebih, bila dibandingkan dengan pelajar-pelajar lain. Lebih di sini bukan berarti lebih pada segala bidang. Jangan sampai Pelajar Katolik memiliki nilai lebih pada tindak kriminal, kenakalan remaja, dll! Pelajar Katolik hendaknya memiliki nilai lebih pada pengembangan iman, prestasi, pergaulan, dll. Pasti, kita semua berharap tidak ada Pelajar Katolik yang terjerumus pada seks bebas, narkoba, tindak kriminal, dll. Gereja dan dunia ini akan berkembang bila dimana ada Pelajar Katolik disana memancar nilai-nilai positif.

Bila kita perhatikan lambang plus ‘+’ tidak jauh berbeda dengan tanda kemenangan kita orang Katolik, Tanda Salib ‘†’. Tanda Salib memiliki 2 buah garis lurus yang saling melintang. Kata guru agama saya dulu, garis vertikal ‘|’ melambangkan hubungan relasi antara manusia dengan Tuhan, sedangkan garis horisontal ‘-’ melambangkan relasi dengan sesama. Tanda Salib itu memiliki kekhasan, di mana garis vertikal lebih panjang dari pada garis horisontal, kendati kedua garis itu sama tebalnya. Garis vertikal yang lebih panjang ingin mengatakan bahwa relasi kepada Allah itu merupakan yang utama. Namun perlu diingat juga, jangan sampai yang terjadi Garis horisontal lebih panjang dan lebih tebal. Hal itu melambangkan Pelajar Katolik yang punya teman banyak, tapi imannya tipis. Atau kemungkinan lain, garis vertikal jauh lebih tebal dan panjang dibandingkan dengan garis horisontal. Lambang ini mencerminkan Pelajar Katolik yang sukanya ndekem di gereja atau kamar untuk berdoa tapi kuper. Kita dan Pelajar Katolik harus tetap kembali pada spritualitas Salib. Relasi utama dengan Tuhan terjaga, relasi dengan sesama berkembang. Dengan demikian Generasi Pelajar Katolik kita benar-benar menjadi GENERATION PLUS!

C. PELAJAR KATOLIK DAN POHON CEMARA.

Beberapa bulan yang lalu kita merayakan Natal bersama. Sungguh menjadi sebuah kebahagiaan dan kebanggan bahwa Keuskupan Malang berhasil mengumpulkan Pelajar Katolik, baik negeri maupun swasta Katolik, baik SMP maupun SMA/SMK untuk bersama-sama merayakan iman dalam natalan bersama[1]. Bicara soal natal, satu icon natal yang tidak pernah hilang adalah icon Pohon Cemara. Pohon cemara dipilih bukan karena asal pilih. Ternyata dibalik pohon cemara itu tersimpan sebuah pelajaran yang baik bagi Pelajar Katolik dan seluruh umat Katolik.

· Bisa tumbuh di mana saja. Pohon cemara dikenal sebagai pohon yang dapat hidup di mana saja. Buktinya? Pada jaman dan lokasi dimana Yesus lahir pohon itu ada, di Indonesia juga ada.

· Sederhana. Pohon cemara jelas berbeda dari pohon jati. Bukan saja dari bentuknya, tapi juga dari harganya. Nilai jual kayu jati jelas lebih tinggi dari pada kayu dari pohon cemara. Sekalipun harga pohon cemara akan sangat melambung tinggi pada bulan Desember (karena natal), harga tersebut tetap tidak akan bisa menyaingi harga kayu pohon jati. Tapi coba kita bandingkan, pohon jati dan pohon cemara saat musim kemarau. Guru biologi pasti setuju, bila saya mengatakan pohon jati meranggas pada musim kemarau, sedangkan pohon cemara tidak. Lihat, pohon cemara yang murah itu lebih bisa bertahan kuat dari pada pohon jati yang mahal!

· Indah. Coba kita bayangkan pohon natal yang ada di setiap natal kita! Pasti banyak terdapat hiasan di sana. Pohon natal yang sederhana itu bisa memberikan keindahan dan kesemarakan bagi orang yang melihatnya.

· Terang. Selain hiasan, pohon natal juga tidak pernah bisa lepas dari lampu yang berkelip-kelip. Dia membawa warna-warna cerah dan terang dalam hidup kita.

· Lebih senang memberi. Biasanya di bawah pohon natal kita juga akan menjumpai bingkisan-bingkisan kado. Kado sebagai lambang pemberian, ingin mengajak kita untuk lebih mudah memberi dari pada hanya sekedar menerima.

Kelima point di atas hendaknya menjadi karakter Pelajar Katolik. Mereka hendaknya dapat tumbuh dimana saja, memiliki pola hidup sederhana, mampu memberikan keindahan dan terang, serta lebih senang memberi daripada hanya sekedar menerima. Ini tanggung jawab sapa? ini tanggung jawab Orang Tua, Guru dan PASPEL. Permasalahan selanjutnya ialah mengapa PASPEL? Siapa dia?

D. PASPEL

PASPEL merupakan kependekan dari PAStoral PELajar. Pastoral berasal dari bahasa Latin: pastor, yang artinya Gembala. Contoh: Pastor paroki, dialah gembala umat di suatu paroki. Sedangkan PASPEL – Pastoral Pelajar, merupakan paguyuban yang bertugas untuk menggembalakan Pelajar – khususnya SMA dan SMK Negeri. Mengapa hanya SMA dan SMK Negeri? Karena untuk jenjang SMP, Keuskupan Malang menggembalakan melalui Paguyuban BIR (Bina Iman Remaja). Selain itu, sekolah negeri dipilih karena sekolah negeri dirasa kurang mendapat pendampingan keagamaan/ katolisitas secara intensif. Hal ini bukan bermaksud untuk merendahkan kinerja guru agama, melainkan sebagai point penting yang membedakan sekolah negeri dan swasta.

PASPEL juga bukanlah sebuah ORMAS, PARTAI PELAJAR, LSM, atau yang lainnya. PASPEL merupakan paguyuban resmi di bawah naungan Keuskupan Malang.[2] Kami merupakan perpanjangan tangan Uskup untuk menyapa secara personal teman-teman pelajar di SMA dan SMK Negeri. Perpanjangan tangan ini terdiri mahasiswa dan pelajar SMA-SMK itu sendiri.[3] Mereka yang aktif berkecimpung dalam PASPEL bukanlah kumpulan anak-anak muda yang kurang kerjaan. Mereka adalah mahasiswa-i yang kebanyakan merupakan alumnus di beberapa SMA negeri.[4] Mereka pernah merasa bahagia didampingi oleh pendamping-pendamping pendahulu PASPEL. sehingga mereka merasa perlu untuk membalas kebaikan para pendamping yang pernah mendampingi mereka, dengan cara mendampingi adik-adik mereka yang masih bersekolah di SMA. Mereka merupakan kumpulan anak muda yang memiliki perhatian, tenaga dan waktu demi berkembangnya karya kerasulan Uskup Malang bagi para pelajar. Tapi ternyata perhatian, tenaga dan waktu dari mereka tidaklah cukup untuk menggulirkan roda karya kerasulan ini. bagaimanapun juga roda itu harus bergulir dengan bantuan dana. Uang memang bukanlah segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang. Jangan pernah berpikiran bahwa uang ini digunakan untuk membiayai para pekerja PASPEL, atau untuk makan-makan para pendamping PASPEL. Banyak dana kami butuhkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti retret pelajar, retret kelas III, serta kegiatan seperti yang siang hari ini kita adakan.

Lepas dari itu semua, secara tegas kami nyatakan bahwa kami membutuhkan tenaga dan dukungan dari para pelajar. Dengan tujuan, kami bisa mengerti apa kebutuhan mereka. Nantinya diharapkan dari sana, PASPEL bisa memberikan pendampingan yang tepat guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, di atas itu semua kami meminta bantuan dari orang tua dan guru untuk mendukung anak/muridnya agar mau terlibat aktif dalam kegiatan PASPEL atau kepengurusan PASPEL. Bantuan Anda dalam bentuk dukungan kepada PASPEL dan para pelajar, atau bantuan berupa perhatian, tenaga, kritik-saran, serta ide-ide cemerlang guna perkembangan PASPEL dan Pelajar Katolik akan sangat bermanfaat. Bantuan Anda secara langsung akan sangat membantu kinerja Uskup, gereja Keuskupan Malang, serta perkembangan dan pribadi pelajar.


[1] Natalan bersama ini dihadiri kurang lebih 500 pelajar dari berbagai sekolah. Bapa Uskup Mgr. HJS Pandaya Putra, O.Carm. juga berkenan hadir dan memberikan sambutan pada misa yang diselenggarakan pada tanggal 8 Januari 2010 tersebut.

[2] Pihak Keuskupan Malang secara khusus menugaskan Rm. Alf. Krismianto, Pr. sebagai moderator PASPEL. Keuskupan juga memberi ruang gerak PASPEL dengan menempati bangunan Komisi Kepemudaan Keuskupan Malang sebagai Base Camp/ sekretariat.

[3] kendati samapi saat ini lebih banyak mahasiswa yang berkecimpung di dalamnya.

[4] kendati tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang bergabung ialah alumnus sekolah swasta.


* Frater Pastoral Pendamping PASPEL.

Bersama Fr. Jemmy Fantaw, kami berdua ditugaskan oleh

Seminari Tinggi Interdeocessan Beato Giovanni XIII untuk

mendampingi PASPEL selama tahun ajaran 2009-2010.

1 tanggepan dari pembaca:

keren frater.. perkenalkan nama saya Arisandi,saya sebagai koordinator fp2ks tahun ini , saya sangat ingin mengadakan kegiatan bersama dengan Paspel. Bernard_10@cs.its.ac.id

Posting Komentar

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...