Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......




Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa saya mau mundur... mungkin banyak juga yang tidak tahu saya mundur.... bahkan mungkin banyak yang sok tahu alasan saya mundur... tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada para sahabat sekalian. Juga sebagai bentuk pertangung jawaban atas dukungan yang telah Anda berikan selama ini.
Saya ga tau dari mana datangnya kumpulan orang yang sok tahu tentanng sebab-sebab saya keluar... ada yg bilang karena dihukum, karena nakal terus dikeluarkan, karena masalah cewe, karena masalah keluarga, dan karena-karena yang lain...


Para sahabat yang terkasih, 9 tahun saya hidup sebagai seorang seminaris (calon Imam). 4 tahun di Mertoyudan Magelang, 1 tahun di Tahum Rohani Celaket, dan 4 tahun terakhir di Seminari Tinggi Malang. Sayangnya semakin lama, panggilan yang saya hidupi ini tidak semakin mantab saya hidupi. Beberapa kali saya kepikiran untuk hidup sebagai seorang awam. Pikiran itu terus mengusik saya. Pikirian itu jelas menganggu ritme hidup saya di seminari. Saya pernah bertanya kepada 2 orang Imam yang cukup dekat dengan saya, Rm. Nano, Sj dan Rm. Koko, Pr. Saya bertanya “kapan romo benar-benar yakin dengan panggilan ini dan sama sekali tidak pernah kepikiran lagi untuk keluar?” mereka menjawab dengan kisah masing-masing dan dengan keterangan waktu yang jelas. Kemudian saya bertanya pada diri saya “Ngger kapan kamu mantab dan ga kepikiran keluar lagi?” tapi saya tidak menemukan jawaban itu.
Januari 2011


Dari dulu, penilaian banyak orang tentang panggilan ialah “Kalo kamu bahagia hidup di seminari, berarti kamu terpanggil!” Jujur, saya bahagia hidup di seminari. Sayangnya saya bahagia bukan karena saya akan jadi pelayan Gereja. Saya bahagia karena banyak orang yang mendukung dan memperhatikan saya. Saya bahagia karena kehadiran saya punya peran dan makna bagi orang lain. Akhirnya muncuk pertanyaan besar dalam hidup panggilan saya. “Ngger benarkah kamu bahagia saat kamu nanti jadi imam? Atau kamu cuma bahagia karena alasan-alasan dangkal tadi? Benarkah kamu bahagia saat harus hidup sendiri? Benarkah kamu bahgia bila kamu harus melayani umat di pedalaman desa sana? Benarkah kamu bahagia bila suatu saat kamu menghadapi konflik dengan umat yang kamu layani? Bagaimana kalo saat jadi imam ternyata kamu justru tidak ada yang memperhatikan, menghargai, dan mendukung kamu, apakah kamu juga bahagia? Ngger... kamu bener-bener bahagia menjadi seorang Romo, Pastur, Imam, gembala, Pelayan Gereja dan Umat Allah?” pertanyaan ini saya gumuli sepanjang 1,5 tahun terakhir. Dan akhirnya membawa saya pada jawaban.
1.      
Kebahagian yang selama ini ada dalam diri saya adalah Kebahagiaan Semu. Saya belum sampai pada taraf benar-benar ingin melayani Tuhan dengan sepenuh hati sebagai seorang gembala.
2.       Kurang lebih 2 tahun lagi saya ditahbiskan. Saya bisa terus di seminari, menahan sampai 2 tahun dan lalu saya ditahbiskan. Tapi... itu semua tidak menjamin saya menjadi mantab. Saya justru berpikir, bisa-bisa keraguan saya membuat saya mundur dari Imamat saya. Saya sangat menghargai Imamat, saya menaruh hormat yang sangat tinggi pada imamat. Karena itu saya memutuskan mundur saat ini. Saya tidak ingin lebih melukai Gereja, Umat dan Imamat. Saya pesan bagi mereka yang masih sedang dan akan menjalani imamat “Iki Imamat tjah... iki dudu Dolanan”

3.       Dalam doa, refleksi, permenungan dan dalam ekaristi yang saya sambut setiap pagi, saya selalu memohon agar Roh Kudus menuntun batin saya. Saya memohon kepada Allah sang empunya kehidupan untuk menunjukan arah hidup saya. Saya juga memohon kepada Yesus untuk senantiasa menemaniku dalam setiap langkah hidupku. Dan kepada Maria Bunda Gereja aku serahkan semua permohonan, suka duka, dan keluh kesahku. Hingga akhirnya Jumat dalam Oktaf Paskah, Saya bertemu dengan Uskup Surabaya Mgr. V. Sutikno, Pr untuk mengutarakan pergulatan panggilan saya. Saya melihat kekecewaan dari bapa Uskup... seseaat setelah saya memutuskan untuk mundur... Beliau terdiam, tertunduk, lesu, tanpa suara, hanya garukan kepala... saya tak berani angkat bicara... terdiam 5 menit hingga akhirnya beliau menghela nafas panjang... dan berkata “yo wes mas.... kalau itu sudah keputusanmu” Beliau nampaknya berat dengan keputusan saya. Sebelum saya mengungkapkan niatan saya untuk mundur beliau masih menahan saya, meneguhkan panggilan saya, meyakinkan saya untuk tetap setia dalam panggilan ini. Kebaikan bapa Uskup saya rasakan sampai saat ini, menyekolahkan saya, menghidupi saya, mendoakan saya dan yang tidak saya duga ialah Bapa Uskup mengijinkan saya menyelesaikan pendidikan saya sampai tuntas baru kemudian mundur untuk pamit dari panggilan ini. Trima Kasih bapa Uskup.


Para sahabat yang terkasih, ijinkan dengan segala rendah hati saya Andreas Benoe Angger Putranto mengucapkan:

Maaf, apabila keputusan ini menyakiti Anda sekalian, maaf juga bila dalam pelayanan saya selama ini kurang begitu berkenan, maaf bila selama ini yang nampak adalah Angger sebagai pribadi, bukan Angger sebagai seorang calon imam. Saya juga minta maaf, kepada Anda sekalian yang telah mendukung dan mendoakan saya selama ini, maaf karena saya tidak mampu lagi seperti apa yang Anda inginkan. Maaf bila saya dulu menjanjikan akan mengundang Anda untuk datang pada tahbisan saya :)

Trimakasih, atas dukungan dan doa Anda selama ini, trima kasih atas pengertian Anda atas keputusan yang saya ambil, trimakasih karena anda tidak percaya pada gosip-gosip murahan yang menyebarkan alasan saya keluar, terima kasih atas kepercayaan Anda sekalian untuk memberi saya kesempatan melayani dalam berbagai kesempatan, trimakasih atas persahabatan, perjumpaan dan kenangan yang sempat terjalin. Anda adalah Berkat dari Allah bagi hidup saya.

Mohon doa dan Dukungan, atas segala keputusan yang telah saya ambil. Mohon doa dan dukungan untuk hidup saya selanjutnya, mohon doa dan dukungan untuk kesehatan dan kesejahteraan sahabat-sahabat saya yang sampai saat ini masih berjuang dalam menanggapi panggilan Tuhan. Mohon doa dan dukungan Anda untuk keluarga saya yang mungkin akan kena dampak dari keputusan ini, semoga mereka dan saya tetap setia dalam karya pelayanan Gereja.

Sekali lagi : “Maaf, Terima Kasih dan Mohon Doa serta dukungan” dukungan nyata Anda adalah dengan mendoakan “Doa Calon Imam PS 183” sesaat setelah membaca ini :)
Besar harapan saya setelah ini tidak ada lagi yang sibuk mencari gosip atau alasan tentang saya keluar... sibuklah mencarikan pekerjaan untuk saya... Hehehe....

Pesan saya untuk kita semua.... Capek itu Biasa... kerja buat Tuhan itu Luar Biasa..... dan “jangan pernah berkata sulit, karena Anda akan kesulitan... jangan pernah berkata gampang, karena anda akan meremehkan.... tapi katakanlah BISA maka Anda akan meraih Sukses... karena SUKSES itu hak Anda” dan bagi para calon Imam... Seriuslah mengolah panggilan, mintalah pada Allah sang empunya panggilan agar Anda sekalian dimampukan untuk jabatan Imamat “Iki Imamat!! Dudu dolanan”

akhirnya dengan penuh syukur saya katakan Saya Bahagia Dengan Keputusan Saya

Salam, Doa dan Cinta
Angger Putranto

2 tanggepan dari pembaca:

Pak Dhe, aku termasuk orang yang gag tau kalo Pak Dhe ngundurin diri. Sedikit kecewa pasti ada. Tapi seperti kata Pak Dhe, "Imamat bukan mainan". Meski gitu, still you are 1 of my friends. Doaku buat mu Pak Dhe... Berkah Dalem

Kang mas.. ^^

Jalan yang terbaik untuk dirimu bukanlah jalan yang dianggap baik menurut orang pada umumnya.

Jalan yang terbaik untuk dirimu adalah jalan yang dapat membimbingmu untuk semakin menemukan dirimu dan menjadi sebaik-baiknya dirimu sendiri secara apa adanya.

Jalan itu tidak terletak pada apa yang kau inginkan. Melainkan kata hatimu..... (Mungkin film kartun "Up" bisa membantumu untuk memahami kata2ku...


Big Hug from Me My Dear Brother... ^_^
(Entah jadi apa aku nantinya, aku tetap kurcaci ikal yang senang bermain di tanah dan terlalu jauh untuk menyibak awan dan melihat apa yang ada di baliknya)

Posting Komentar

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...