Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......

Dalam injil banyak dikisahkan ttg pristiwa di mana Yesus menunjukan kuasanya sebagai anak Allah. Kuasa tersebut nampak dari beberapa peristiwa misalnya, Yesus menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan mukjizat-mukjizat lainnya. Sayangnya, hampir semua mukjizat tersebut tidak disukai oleh petinggi-petinggi agama di Yahudi. Ini yang membuat saya bertanya-tanya, kenapa orang berbuat baik malah dilarang, dibenci, hingga akhirnya diftnah dan menjadi musuh publik? Apa mungkin para petinggi tersebut takut otoritasnya tersaingi Yesus? Pertanyaan ini yang terus menerus saya dengung-dengungkan dalam renungan kali itu.
Beberapa pristiwa menakjubkan tersebut memang terjadi saat hari Sabat. Hari yang dianggap orang Yahudi sebagai hari yang kudus, dimana Tuhan bersitirahat setelah 6 hari melakukan karya penciptaan. Hari Sabat, bagi orang Yahudi, menjadi waktu yang tepat untuk menguduskan satu hari bagi Tuhan. Pada hari itu, orang Yahudi tidak mengijinkan setiap warganya untuk berkativitas selain untuk memuji Tuhan. Saya rasa inilah titik tolak dimana orang Yahudi tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Mungkin memang ada rasa ketakutan dari para petinggi Yahudi bila otoritas mereka disaingi oleh Yesus. Namun, saya rasa lebih tepat bahwa mereka terlalu kolot untuk mempertahankan adat. Mereka lupa akan tujuan hari Sabat yang sebenarnya digunakan sebagai waktu yang tepat untuk memuji Allah. Lihat, bukankah dengan melakukan mukjizat-mukjizat tersebut nama Tuhan justru semakin dimuliakan. Karena apa? Karena Yesus melakukan itu semua dalam nama Allah.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul ialah kenapa juga Yesus melakukannya pada hari Sabat, padahal Yesus mengerti akan hukum yang berlaku? Untuk pertanyaan ini saya rasa Yesus ingin mengubah image orang Yahudi tentang hari Sabat. Bahwa Tuhan hanya berkerja pada hari pertama sampai keenam saja bagi Yesus ialah pemikiran yang merendahkan Allah. Saya pun merasa paradigma tersebut memperlihatkan Tuhan yang lemah. Padahal Tuhan itu Mahakuasa. Nah, dengan melakukan mukjizat pada hari Sabat, Yesus ingin membuktikan bahwa sebenarnya Tuhan tidak beristirahat pada hari ketujuh. Mukjizat pada hari Sabat sebenarnya menjadi bukti nyata bahwa Tuhan tidak pernah sekali-kali berhenti berkerja sekalipun pada hari ketujuh, hari Sabat.
Sebenarnya konflik antara petinggi agama dan pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan lebih tersebut tidak hanya terjadi pada jaman Yesus saja. Sekarang inipun banyak terjadi dimana para petinggi gereja katolik menolak gerakan-gerakan tertentu, antara lain gerakan karismatik. Memang konflik yang terjadi tersebut tidak bisa disamaratakan. Namun, saya rasa konflik yang terjadi sekarang ini memiliki pola yang sama dengan yang terjadi dengan jaman Yesus. Petinggi gereja versus pribadi atau gerakan tertentu. Saya perbedaan mendasar antara konflik jaman Yesus dan jaman ini ialah inti konfliknya. Pada jaman ini beberapa petinggi gereja menolak adanya gerakan karismatik ialah bukan karena mereka tidak lagi beriman akan Allah. Mungkin inti konflik tersebut ialah bahwa otoritas gereja tidak setuju dengan gerakan karismatik yang terkesan ingin menunjukan karya atau kehadiran Tuhan lewat suatu hal yang luar biasa, seperti bahasa roh, kuasa penyembuhan, dll. Bagi gereja sebenarnya Tuhan juga hadir lewat hal-hal yang biasa saja. Lihat saja nabi Elia yang merasakan Tuhan dalam angin sepoi-sepoi basah, dan bukan dalam angin badai. Mungkin saya rasa, Gereja tidak ingin umatnya hanya percaya bahwa Tuhan hadir dalam tindakan-tindakan besar. Ditakutkan banyak umat yang mungkin tidak atau belum mengalami pristiwa itu malah justru tidak percaya pada Tuhan atau bahkan merasa bahwa dirinya tidak dikasihi Tuhan.
Bila memang benar hal itu yang ingin diperjuangkan gereja, saya sangat setuju dan mendukung. Dan berharap memang gereja memperjuangkan hal itu. Saya yakin, percaya dan mengimani bahwa Tuhan juga berkarya dalam hal-hal kecil. Tuhan tidak hanya berkarya pada orang-orang yang bisa bernubuat, pada orang-orang yang mendapat karunia bahasa roh, atau pada orang-orang yang memiliki kuasa penyembuhan. Iman saya meyakini bahwa Tuhan terus berkaya dalam dunia ini secara umum dan dalam diri setiap manusia secara khusus, juga termasuk dalam diri saya. Kadang saya kerap kali lebih percaya pada Tuhan lewat hal-hal besar, misalnya sentuhan rohani berdoa sampai menangis, tersentuh oleh pristiwa-pristiwa tertentu, rindu akan jamahan tuhan, ingin melihat mukjizat, dll. Padahal banyak mukjizat yang saya alami setiap hari. Mukjizat-mujizat kecil itu tidak saya sadari. Hanya dengan bernafas saya bisa bertahan hidup. Saya bisa hidup di dunia ini sampai saat ini sebenarnya merupakan mukjizat terbesar dalam sejarah hidupku. Terlalu banyak mukjizat-mujizat kecil yang aku alami seperti angin sepoi-sepoi basah tanpa aku sadari. Oleh karena itu aku kembali terdorong utnuk berdoa agar aku mampu merasakan Kristus yang hadir sebagai mukjizat dalam hari-hariku secara biasa dan sederhana. Tuhan dengarkanlah doaku. Amin

0 tanggepan dari pembaca:

Posting Komentar

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...