Anak(dan) Televisi
ANAK…
Saat pertama kali saya mendengar kataanak yang terbesit dalam benak saya adalah manusia berumur 5 -13tahun yang masih berada dalam masa/tahap bermain. Kendati dalamkehidupan di masyarakat, anak adalah semua manusia yang memilikiorang tua atau masih menjadi tanggungan orang tua. Seorang ayah masihmenjadi anak dari orangtuanya (kakek dari anak-anaknya). Namun, dalamhal ini saya akan mengambarkan anak yang umumnya dipakai olehmasyarakat, anak identik dengan kepolosan, keluguan dan keceriaan.Anak seusia TK-SD, biasanya baru gemar-gemarnya bermain, belajarsambil meniru apa yang terjadi di sekitarnya. Kegiatan meniru inidalam ilmu Sosiologi disebut Imitasi. Ada dua macam Imitasi yang sayaketahui, yaitu, Imitasi positif dan Imitasi negatif. Imitasi positifterjadi saat anak-anak meniru gejala-gejala sosial positif disekitarnya, misalnya saja di sekolah ia melihat gurunya membuangsampah yang tercecer dari tempat yang tidak selayaknya ke tempatsampah, di rumah ia juga membuang sampah pada tempatnya. Sedang,imitasi negatif adalah saat anak mendengarkan kata-kata atau kegiatanyang tidak sepantasnya dan ia menirukan hal itu tanpa tahu artisebenarnya. Memang menjadi harapan banyak orang bila anak terpengaruhImitasi positif. Tetapi sayangnya lebih banyak anak yang justruterpengaruh imitasi negatif. Sering kita mendengar kasus anak matikarena loncat dari tempat tinggi gara-gara ingin seperti Superman,Superhero yang bisa terbang yang biasa ia tonton di televisi.
TELEVISI…
Televisi sebuah penemuan dari abad 20tepatnya setelah Perang Dunia ke II, televisi merupakan penemuanspektakuler abad itu. Sesuai dengan namanya, Tele berarti jauh danvisi (vision) berarti melihat, televisi membantu manusia untuk dapatmelihat kejadian atau pristiwa yang jauh dari tempat dia berada. Kitabisa tahu bagaimana keadaan pertandingan sepak bola antara ManchesterUnited melawan Liverpool yang sedang berlangsung di Inggris darisebuah kotak ajaib bernama televisi. Berkembangnya televisi diikutipula berkembangnya perusahaan pertelevisian dan perfilman. Pada awalabad 20 di Prancis sudah ada dua perusahaan besar perfilman yangsaling bersaing, Pathe Fares dan Goumount Pictures.
Di Indonesia sendiri saat ini takkurang dari 12 stasiun televisi besar yang berdiri, bahkan hampirsetiap Kabupaten / Kotamadya memiliki stasiun televisi sendirimisalnya saja: Jtv (Surabaya); RBtv, Jogja tv, Tugu tv (Jogjakarta);Bali Tv (Bali); Jack tv, Ctv (Jakarta); Ratih tv (Kebumen); TvBorobudur, Pro tv, Tv Ku (Semarang); dan masih banyak yang lainnya.Menurut saya hal itu (banyaknya stasiun televisi) terjadi karenatingkat konsumerisme terhadap tayangan televisi sangat tinggi. Dan,tingkat konsumerisme yang tinggi itu berarti komoditas yang tinggipula. Dahulu, sebelum ada anjuran tentang tayangan televisi hanyasampai jam 1 dini hari kita bisa nonton televisi 24 jam nonstop.
Televisi sebuah penemuan dari abad 20tepatnya setelah Perang Dunia ke II, televisi merupakan penemuanspektakuler abad itu. Sesuai dengan namanya, Tele berarti jauh danvisi (vision) berarti melihat, televisi membantu manusia untuk dapatmelihat kejadian atau pristiwa yang jauh dari tempat dia berada. Kitabisa tahu bagaimana keadaan pertandingan sepak bola antara ManchesterUnited melawan Liverpool yang sedang berlangsung di Inggris darisebuah kotak ajaib bernama televisi. Berkembangnya televisi diikutipula berkembangnya perusahaan pertelevisian dan perfilman. Pada awalabad 20 di Prancis sudah ada dua perusahaan besar perfilman yangsaling bersaing, Pathe Fares dan Goumount Pictures.
Di Indonesia sendiri saat ini takkurang dari 12 stasiun televisi besar yang berdiri, bahkan hampirsetiap Kabupaten / Kotamadya memiliki stasiun televisi sendirimisalnya saja: Jtv (Surabaya); RBtv, Jogja tv, Tugu tv (Jogjakarta);Bali Tv (Bali); Jack tv, Ctv (Jakarta); Ratih tv (Kebumen); TvBorobudur, Pro tv, Tv Ku (Semarang); dan masih banyak yang lainnya.Menurut saya hal itu (banyaknya stasiun televisi) terjadi karenatingkat konsumerisme terhadap tayangan televisi sangat tinggi. Dan,tingkat konsumerisme yang tinggi itu berarti komoditas yang tinggipula. Dahulu, sebelum ada anjuran tentang tayangan televisi hanyasampai jam 1 dini hari kita bisa nonton televisi 24 jam nonstop.
“Mengapahal itu bisa terjadi?”
Kebutuhan dasar manusia ialahkebahagiaan. Dan menonton televisi ialah salah satu cara untukmemperoleh kebahagian. Menonton televisi diyakinkan bisa membuatmanusia mendapat hiburan yang bisa meredakan ketegangan otak setelahmenghadapi kegiatan di kontor, sekolah dan rumah. Sebuah penelitianmengatakan bahwa manusia lebih suka melihat sesuatu yang bergerakdari pada melihat sesuatu yang diam mematung. Dan nampaknya televisimerupakan salah satu lahan untuk mendapatkan hal yang disukai olehmanusia tersebut.
Kebutuhan dasar manusia ialahkebahagiaan. Dan menonton televisi ialah salah satu cara untukmemperoleh kebahagian. Menonton televisi diyakinkan bisa membuatmanusia mendapat hiburan yang bisa meredakan ketegangan otak setelahmenghadapi kegiatan di kontor, sekolah dan rumah. Sebuah penelitianmengatakan bahwa manusia lebih suka melihat sesuatu yang bergerakdari pada melihat sesuatu yang diam mematung. Dan nampaknya televisimerupakan salah satu lahan untuk mendapatkan hal yang disukai olehmanusia tersebut.
“MoralitasAnak TVRI dan Anak Mtv”
Saya senang dengan pandangan “Anak adalah Anak Jamannya”,karena pandangan itu benar-benar ada dan benar-benar terjadi dimasyarakat kita. Jaman merupakan salah satu pembentuk moral anak,secara ekstrim saya akan membandingkan anak jaman TVRI (70-an) dananak jaman Mtv (2000-an). Anak jaman TVRI cenderung bisa menerima danmau berkorban, salah satu penyebabnya adalah minimnya stasiuntelevisi dan juga minimnya pesawat televisi yang ada. Pada tahun70-an di Indonesia hanya ada satu stasiun televisi yang ada (TVRI).Dan hanya orang-orang tertentu yang mempunyai televisi saat itu. Bilamau menonton televisi orang pada jaman tersebut harus berjalan keKelurahan atau bila beruntung memiliki tetangga yang berkecukupan,mereka menonton di rumah tetangganya tersebut.
Sedangkananak sekarang atau saya menyebutnya anak Mtv akan lebih cenderungbersifat ekspresif dan ingin tampil. Bila kita lihat fenomenaanak-anak sekarang sudah banyak yang hafal lagu-lagu band sepertiPaterpan, Radja, RATU, dll
Saya senang dengan pandangan “Anak adalah Anak Jamannya”,karena pandangan itu benar-benar ada dan benar-benar terjadi dimasyarakat kita. Jaman merupakan salah satu pembentuk moral anak,secara ekstrim saya akan membandingkan anak jaman TVRI (70-an) dananak jaman Mtv (2000-an). Anak jaman TVRI cenderung bisa menerima danmau berkorban, salah satu penyebabnya adalah minimnya stasiuntelevisi dan juga minimnya pesawat televisi yang ada. Pada tahun70-an di Indonesia hanya ada satu stasiun televisi yang ada (TVRI).Dan hanya orang-orang tertentu yang mempunyai televisi saat itu. Bilamau menonton televisi orang pada jaman tersebut harus berjalan keKelurahan atau bila beruntung memiliki tetangga yang berkecukupan,mereka menonton di rumah tetangganya tersebut.
Sedangkananak sekarang atau saya menyebutnya anak Mtv akan lebih cenderungbersifat ekspresif dan ingin tampil. Bila kita lihat fenomenaanak-anak sekarang sudah banyak yang hafal lagu-lagu band sepertiPaterpan, Radja, RATU, dll
PRISTIWA…
Akhir-akhir ini terdapat sebuahfenomena bahwa anak tak bisa lepas dari televisi. Banyak acaratelevisi yang menarik yang membuat anak lebih suka menonton televisidari pada harus belajar di kamar. Tugas anak sebagai pelajarnampaknya mulai tergeser oleh adanya televisi. Setelah pulang sekolahsi Anak langsung menonton televisi sambil makan siang, kurang lebihmenghabiskan waktu 2 jam. Setelah itu tidur siang di depan televisi,sembari menunggu mata terpejam si Anak menonton televisi, kuranglebih 1 jam. Setelah bangun si Anak mandi, lalu melanjutkan menontonfilm kartun sore di televisi, kurang lebih 3 jam. Baru setelah itubelajar dari pukul 18.00-19.00, dan langsung makan malam. Saat makanmalam si Anak menonton televisi sampai ia kembali tidur, kurang lebih3 jam. Bila itu semua di jumlah maka waktu yang dihabiskan si Anakuntuk menonton televisi ialah 9 jam dalam sehari. Apakah si Anaktidak bosan? Menurut saya dia tidak akan bosan, banyaknya stasiuntelevisi yang menghadirkan beranekaragam acara adalah salah satufaktor utamanya.
Akhir-akhir ini terdapat sebuahfenomena bahwa anak tak bisa lepas dari televisi. Banyak acaratelevisi yang menarik yang membuat anak lebih suka menonton televisidari pada harus belajar di kamar. Tugas anak sebagai pelajarnampaknya mulai tergeser oleh adanya televisi. Setelah pulang sekolahsi Anak langsung menonton televisi sambil makan siang, kurang lebihmenghabiskan waktu 2 jam. Setelah itu tidur siang di depan televisi,sembari menunggu mata terpejam si Anak menonton televisi, kuranglebih 1 jam. Setelah bangun si Anak mandi, lalu melanjutkan menontonfilm kartun sore di televisi, kurang lebih 3 jam. Baru setelah itubelajar dari pukul 18.00-19.00, dan langsung makan malam. Saat makanmalam si Anak menonton televisi sampai ia kembali tidur, kurang lebih3 jam. Bila itu semua di jumlah maka waktu yang dihabiskan si Anakuntuk menonton televisi ialah 9 jam dalam sehari. Apakah si Anaktidak bosan? Menurut saya dia tidak akan bosan, banyaknya stasiuntelevisi yang menghadirkan beranekaragam acara adalah salah satufaktor utamanya.
“Apakahhal itu berdampak bagi si Anak?”
Jelas dan hal itu pasti berdampak.Dilihat dari pembagian waktu di atas, si Anak menghabiskan 9 jamuntuk menonton televisi dan menghabiskan 7 jam untuk belajar baik disekolah maupun di rumah. Tidak mengejutkan bila hasil belajar anaksemakin menurun karena bila di bandingkan, waktu anak untuk belajarjauh lebih sedikit dari pada waktu untuk menonton televisi.
Dampak yang terjadi tidak hanya padakualitas belajar dan studi anak, tapi juga pada psikologi danperkembangan anak. Sudah saya katakan di atas perihal seorang anakyang mati karena loncat dari tempat tinggi gara-gara ingin sepertiSuperman, seorang Superhero yang bisa terbang yang biasa ia tonton ditelevisi. Kadang juga, anak meniru adegan-adegan orang dewasa hanyakarena ingin seperti yang di televisi. Inilah salah satu penyebabmoralitas anak Indonesia maupun dunia merosot. Seorang teman merasajagoan bila ia berhasil memukuli temannya sampai berdarah karenamelihat adegan-adegan kekerasan di televisi.
Jelas dan hal itu pasti berdampak.Dilihat dari pembagian waktu di atas, si Anak menghabiskan 9 jamuntuk menonton televisi dan menghabiskan 7 jam untuk belajar baik disekolah maupun di rumah. Tidak mengejutkan bila hasil belajar anaksemakin menurun karena bila di bandingkan, waktu anak untuk belajarjauh lebih sedikit dari pada waktu untuk menonton televisi.
Dampak yang terjadi tidak hanya padakualitas belajar dan studi anak, tapi juga pada psikologi danperkembangan anak. Sudah saya katakan di atas perihal seorang anakyang mati karena loncat dari tempat tinggi gara-gara ingin sepertiSuperman, seorang Superhero yang bisa terbang yang biasa ia tonton ditelevisi. Kadang juga, anak meniru adegan-adegan orang dewasa hanyakarena ingin seperti yang di televisi. Inilah salah satu penyebabmoralitas anak Indonesia maupun dunia merosot. Seorang teman merasajagoan bila ia berhasil memukuli temannya sampai berdarah karenamelihat adegan-adegan kekerasan di televisi.
“Siapakahyang seharusnya disalahkan?”
Tak mungkin seorang sutradara ataupembuat film dan tayangan televisi menjadi penyebab semua ini karenabila mereka tak mengimbuhi adegan-adegan tertentu pastinya film atautayangan yang mereka buat akan terasa hambar dan monoton. Anak jugatidak bisa disalahkan karena mereka hanya konsumen yang tidak tauapa-apa, tak banyak dari mereka hanya bisa menikmati tanpa bisamengerti apa maksud dari semua itu. Mereka menonton adegan-adegandari televisi dan menirunya bila mereka menganggap hal itumengasyikan, baik dan pantas, padahal hal itu kadang berlawanandengan yang senyatanya.
Tak mungkin seorang sutradara ataupembuat film dan tayangan televisi menjadi penyebab semua ini karenabila mereka tak mengimbuhi adegan-adegan tertentu pastinya film atautayangan yang mereka buat akan terasa hambar dan monoton. Anak jugatidak bisa disalahkan karena mereka hanya konsumen yang tidak tauapa-apa, tak banyak dari mereka hanya bisa menikmati tanpa bisamengerti apa maksud dari semua itu. Mereka menonton adegan-adegandari televisi dan menirunya bila mereka menganggap hal itumengasyikan, baik dan pantas, padahal hal itu kadang berlawanandengan yang senyatanya.
“Lalu siapakah yang harus bertindak?”
Kita semua, ya kalau bukan kita siapalagi. Baik bila orang tua, industri pertelevisian-perfilman, dan anakbersinergi untuk menciptakan sebuah kebiasaan baru. Orang tuadiharapkan tidak bosan menemani putra-putrinya menonton tayangan ditelevisi. Orang tua tidak harus ikut menonton acara tersebut, mungkinsambil disambi kegiatan lain seperti menyuapi, menyetrika atau yanglain. Tugas orang tua mungkin hanya memberi pesan moral pada anaksembari memberi tahu bahwa hal itu baik atau tidak. Hendaknya orangtua juga lebih menekankan bahwa belajar jauh lebih penting dari padamenonton televisi. Tapi juga perlu diingat bahwa anak juga perluhiburan, jangan biarkan anak menjadi kuper karena tidak pernahmenonton televsi. Mungkin orang tua bisa menyarankan anak untukmenonton tayangan yang bersifat edukatif, tak sedikit tayanganedukatif yang muncul di beberapa stasiun televisi.
Bagaimana peran industri pertelivisian dalam membantu perkemba-ngan anak? Untuk membantu orang tua dalammemberikan tayangan yang edukatif mungkin stasiun-stasiun televisibisa menghadirkan tayangan edukatif tersebut. Pertelivisian juga bisamemberikan pesan-pesan moral pada anak-anak. Sineteron Bidadari(RCTI) sudah mencoba hal itu pada akhir setiap episodenya. Kita tahubahwa pada jam-jam sekolah televisi banyak menghadirkantayangan-tayangan infotainment yang berisi gosip-gosip artis,sinetron baik dari dalam negeri, luar negeri seperti Bollywood(India) maupun Telenovela (Amerika Latin). Hal itu bukanlah kebetulansemata, pihak pertelevisian sudah membagi tayangan-tayangan dalamsegmen-segmen. Tayangan yang ditujukan bagi para ibu rumah tangga danpembantu rumah tanga dihadirkan pada jam sekolah saat mereka tidakmengasuh anak anak karena anak-anak sedang sekolah dan tak mungkinpulang dari sekolah untuk sekedar menonton film kesukaannya. Sayapernah menyaksikan sekilas sebuah stasiun televisi baru yangdiperuntukan khusus untuk anak-anak, SPACE TOON. Saya senang danmendukung stasiun televisi ini mereka memberikan tayangan-tayangankhusus untuk anak-anak pada jam tertentu, dan setiap tayangan-tayangan itu memang pantas untuk anak-anak. Tidak ada adegan untukorang dewasa, tak ada kekerasan, yang ada adalah dunia anak-anak,dunia bermain dan belajar.
“Lalu peran anak sendiri bagaimana?”
Hendaknya mereka bisa tahu tayangan ini pantas untuk usia mereka atau tidak. Merekasebisa mungkin diajarkan mengerti jenis-jenis tayangan dengan caramelihat lambang segmen yang biasanya ada di pojok atas kanan ataukiri televisi. Anak juga diharapkan bisa menangkap pesan-pesan daricerita atau tontonan di televisi, tidak hanya meniru tanpa tahuartinya. Baik lagi bila anak bertanya hal-hal yang baru yang iadapatkan dari tayangan di televisi. Saya yakin dengan berbagai caratersebut perkembangan mutu anak Indonesia akan berkembang ke arahyang lebih baik demi perkembangan moralitas generasi negara kita jugaINDONESIA.
Kita semua, ya kalau bukan kita siapalagi. Baik bila orang tua, industri pertelevisian-perfilman, dan anakbersinergi untuk menciptakan sebuah kebiasaan baru. Orang tuadiharapkan tidak bosan menemani putra-putrinya menonton tayangan ditelevisi. Orang tua tidak harus ikut menonton acara tersebut, mungkinsambil disambi kegiatan lain seperti menyuapi, menyetrika atau yanglain. Tugas orang tua mungkin hanya memberi pesan moral pada anaksembari memberi tahu bahwa hal itu baik atau tidak. Hendaknya orangtua juga lebih menekankan bahwa belajar jauh lebih penting dari padamenonton televisi. Tapi juga perlu diingat bahwa anak juga perluhiburan, jangan biarkan anak menjadi kuper karena tidak pernahmenonton televsi. Mungkin orang tua bisa menyarankan anak untukmenonton tayangan yang bersifat edukatif, tak sedikit tayanganedukatif yang muncul di beberapa stasiun televisi.
Bagaimana peran industri pertelivisian dalam membantu perkemba-ngan anak? Untuk membantu orang tua dalammemberikan tayangan yang edukatif mungkin stasiun-stasiun televisibisa menghadirkan tayangan edukatif tersebut. Pertelivisian juga bisamemberikan pesan-pesan moral pada anak-anak. Sineteron Bidadari(RCTI) sudah mencoba hal itu pada akhir setiap episodenya. Kita tahubahwa pada jam-jam sekolah televisi banyak menghadirkantayangan-tayangan infotainment yang berisi gosip-gosip artis,sinetron baik dari dalam negeri, luar negeri seperti Bollywood(India) maupun Telenovela (Amerika Latin). Hal itu bukanlah kebetulansemata, pihak pertelevisian sudah membagi tayangan-tayangan dalamsegmen-segmen. Tayangan yang ditujukan bagi para ibu rumah tangga danpembantu rumah tanga dihadirkan pada jam sekolah saat mereka tidakmengasuh anak anak karena anak-anak sedang sekolah dan tak mungkinpulang dari sekolah untuk sekedar menonton film kesukaannya. Sayapernah menyaksikan sekilas sebuah stasiun televisi baru yangdiperuntukan khusus untuk anak-anak, SPACE TOON. Saya senang danmendukung stasiun televisi ini mereka memberikan tayangan-tayangankhusus untuk anak-anak pada jam tertentu, dan setiap tayangan-tayangan itu memang pantas untuk anak-anak. Tidak ada adegan untukorang dewasa, tak ada kekerasan, yang ada adalah dunia anak-anak,dunia bermain dan belajar.
“Lalu peran anak sendiri bagaimana?”
Hendaknya mereka bisa tahu tayangan ini pantas untuk usia mereka atau tidak. Merekasebisa mungkin diajarkan mengerti jenis-jenis tayangan dengan caramelihat lambang segmen yang biasanya ada di pojok atas kanan ataukiri televisi. Anak juga diharapkan bisa menangkap pesan-pesan daricerita atau tontonan di televisi, tidak hanya meniru tanpa tahuartinya. Baik lagi bila anak bertanya hal-hal yang baru yang iadapatkan dari tayangan di televisi. Saya yakin dengan berbagai caratersebut perkembangan mutu anak Indonesia akan berkembang ke arahyang lebih baik demi perkembangan moralitas generasi negara kita jugaINDONESIA.
SiaranTelevisi yang Aman Bagi Anak.
Jadimenurut hemat saya siaran televisi yang sehat ialah siaran yangjustru membuat anak dapat berkembang baik pertumbuhan (sesuaijamannya) maupun moral dan mental anak itu sendiri. Siaran itu dapatberupa siaran yang menghibur yang syarat akan pesan-pesan edukatifdan bukan yang penuh dengan adegan-adegan kekerasan, dewasa,dll. Satulangkah maju yang telah ditempuh oleh sebuah stasiun televisi, SPACETOON, yang menyiarkan acara televisi yang dikhusus kan bagi anak dantentu saja siaran tersebut aman bagi anak-anak.
Jadimenurut hemat saya siaran televisi yang sehat ialah siaran yangjustru membuat anak dapat berkembang baik pertumbuhan (sesuaijamannya) maupun moral dan mental anak itu sendiri. Siaran itu dapatberupa siaran yang menghibur yang syarat akan pesan-pesan edukatifdan bukan yang penuh dengan adegan-adegan kekerasan, dewasa,dll. Satulangkah maju yang telah ditempuh oleh sebuah stasiun televisi, SPACETOON, yang menyiarkan acara televisi yang dikhusus kan bagi anak dantentu saja siaran tersebut aman bagi anak-anak.
0 tanggepan dari pembaca:
Posting Komentar