Kisah Om Angger

Om Angger datang untuk Anda. dapatkan renungan, sharing-sharing menarik, opini dan brita-brita dari lingkungan seputar saya

Mengenai Saya

Foto saya
Ga' rugi Kamu kenal ama aku, cowo kece dengan perut tambun yang doyan fotografi dan cinematografi(bisa-bisa kamu jadi model foto atau bintang filmku). Dulu aku sempet juga ikut seminarium Symphoni Orkestra pegang timpani, juga terdaftar sebagai dewan pendiri koran Seminari(Jendela) sebagai fotografer. Sampe sekarang masih terdaftar sebagai calon IMAM. maunya......


PANCASILA MEMANDANG KONFLIK MONASi
Oleh: And. Benoe Angger P.ii

Masalah:
Pada tanggal 1 Juni 2008, sebuah tragedi mengenaskan kembali terjadi di bumi Indonesia dimana bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila, bentrokan yang membawa korban luka masa Aliansi Kebangsan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) dengan masa Front Pembela Islam tak terhindarkan. Peristiwa yang terjadi di MONAS tersebut menuai banyak protes dari berbagai kalangan dimana pada umumnya kelompok-kelompok yang mendukung aksi AKBB ini mengecam keras tindakan anarkis yang di lakukan FPI. Hal lain yang lebih tragis lagi adalah peristiwa ini terjadi disaat masa AKBB mau memperingati hari lahir Pancasila, sehingga tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI dinilai menciderai nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi perbedaan dalam bingkai persatuan.iii
Sila 1
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila pertama karena:
Tidak mencerminkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Tidak mengembangkan sikap hormat-menghormati antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
Sila 2
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila kedua karena:
Tidak mencerminkan sikap saling mencintai sesama manusia
Namun, justru mencerminkan sikap semena-mena terhadap orang lain
Sila 3
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila ketiga karena:
Bukan merupakan tindakan yang dapat mempersatukan elemen masyarakat Indonesia yang majemuk
Menampakkan gagalnya sikap untuk menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan
Sila 4
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila keempat karena:
Sama sekali tidak mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan guna kepentingan bersama
Kurang percaya kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan permusyawarahan.
Sila 5
Peristiwa tersebut tidak sejalan dengan sila kelima karena:
Bukan cerminan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
Serta jauh dari kegiatan yang bersifat sosial yang bermanfaat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kita meyakini bersama bahwa keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat Indonesia merupakan nilai lebih bangsa kita. Namun, juga tidak bisa dipungkiri bahwa keanekaragaman tersebut juga dapat menimbulkan konflik di negara kita ini. Sebelumnya perlu diingat, bahwa bukan keanekaragaman tersebut yang menimbulkan konflik. Hal itu dikarnakan keanekaragaman merupakan subjek pasif, yang memang ada dan tidak diciptakan melainkan tercipta dengan sendirinya. Sedangkan subjek aktif dalam konflik – dalam hal ini pelaku dan penyebab terjadinya konflik – ialah pribadi-pribadi tertentu yang merasa keanekaragaman merupakan hambatan bagi agama, kelompok, suku, ras, dan golongan pribadi tersebut untuk berkembang atau menguasai negara ini.
Pandangan Pancasila terhadap masalah SARA yang telah dipaparkan di atas merupakan bukti nyata bahwa segala bentuk permasalah SARA, dimanapun, kapanpun dan dilakukan oleh siapapun merupakan sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan Pancasila. Pancasila dapat menjadi alat yang berfungsi sebagai indikator apakah tindakan, kegiatan, fenomen yang terjadi ini baik bila dihadapkan kepada bangsa Indonesia yang menjujung tinggi ‘ke-Bhineka Tunggal Ika-an’. Selain itu Pancasila juga dapat menjadi senjata untuk mengurangiiv permasalahan SARA. Bila kita mampu memanfaatkan Pancasila dengan sebaik-baiknya permasalah tersebut akan berkurang dan Indonesia akan menuju ke arah yang lebih dan semakin mendekati apa yang di idealkan para pendiri bangsa saat mencetuskan Pancasila. Nah, sekarang yang jadi masalahnya mampukah kita menggunakan alat tersebut dengan sebaik-baiknya? Seperti yang diaktakan Yesus ‘orang yang ingin mengikut aku namun menoleh ke belakang, ia tidak pantas bagi-Ku.’ Secara tidak langsung Yesus berkata “Optimislah! Tidak usah mempermasalahkan yang lalu-lalu. Hiduplah hari ini dan songsonglah masa depan yang lebih baik!”
Indonesia yang lebih baik, kami datang bersama Pancasila-mu yang hidup!
___________________
i Disampaikan kepada kelompok Pancasila yang membahas permasalahan SARA dan Pancasila.
ii Mahasiswa Faksultas Filsafat Semester 1 STFT Widya Sasana, Malang.
iiiArtikel ini ditulis dalam blog pribadi milik Fatkhuri, MA. Dia ialah seorang mantan aktifis PMII Jombang sekarang Mahasiswa Pasca Sarjana bidang kebijakan publik Australian National University (ANU) Canberra, Australia.
iv Dipakai kata mengurangi karena kami tidak memiliki gambaran bahwa permasalah itu akan hilang sepenuhnya. Kemungkinan bergurang itu lebih besar dari pada kemungkinan bahwa permasalaahn tersebut hilang sepenuhnya.

0 tanggepan dari pembaca:

Posting Komentar

About this blog

Nah... Hari ini akan menjadi hari terhebat bagi Anda dan saya. Koq bisa? ya karena hari ini Anda telah membuka Blog saya. Saya percaya, Anda akan mendapat rahmat setelah membuka blog saya. Paling tidak itulah kebiasan saya, mendoakan orang yang mengunjugi blog saya. Selain itu kesediaan Anda membuka blok ini membuat saya bangga karena suara dan kata-kata saya dibaca orang lain....

Bolo-boloku...